BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Kementerian Agama (Kemenag) kembali mengingatkan jemaah haji Indonesia untuk selalu mengenakan kartu identitas, baik yang masih berada di embarkasi maupun saat meninggalkan area penginapan di Madinah.
Sekretaris Daerah Kerja (Daker) Bandara, Asep Rohadian mengimbau, agar jemaah haji selalu mengenakan kartu identitas jemaah. Hal ini untuk memudahkan petugas melacak keberadaan lokasi penginapan saat jemaah tersesat.
"Kami mengimbau untuk jemaah haji, jangan pernah melepas atau selalu membawa kalung jemaah yang selama ini menempel ke jemaah haji. Karena kalung itu berisi identitas jemaah yang diperlukan mereka ketika ada permasalahan di lapangan," ucap Asep di Bandara Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, Jumat (17/5/2024).
Dikatakan Asep, kartu identitas jemaah sebaiknya selalu dikalungkan di leher agar tidak hilang. Berdasarkan catatan Tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Bandara, hingga hari keenam kedatangan jemaah di Madinah, masih banyak kartu identitas jemaah yang tercecer saat jemaah mendarat di bandara.
"Ini tentu akan menyulitkan jemaah mencari lokasi penginapan jika tersesat selama di Madinah," ungkapnya.
Kartu identitas ini, kata Asep, sangat penting untuk mendapatkan informasi terkait lokasi penginapan jemaah.
"Misalkan ada yang tersesat di jalan, petugas bisa melacak jemaah tinggal di hotel mana," imbuhnya.
Selain kartu identitas, jemaah haji juga diingatkan agar hanya membawa barang yang penting ke Tanah Suci. Kemudian jangan membungkus barang bawaan dengan isolasi lakban (perekat) yang justru bisa mencurigakan petugas bandara.
"Kami juga menhimbau kepada para jemaah haji untuk tidak terlalu membawa banyak barang bawaan termasuk melakban barang bawaan untuk memudahkan petugas saat bongkar muat di bandara," katanya.
Hingga hari keenam kedatangan jemaah haji Indonesia di Madinah, total sudah lebih 30 ribu jemaah dari 83 kloter yang tiba. Jumlah tersebut mencakup 30 persen jemaah yang tiba di Madinah dari total 90 ribu jemaah Indonesia yang akan tiba pada gelombang pertama.
Editor : Rizal Fadillah