get app
inews
Aa Read Next : Tak Jadi Calon di Pilkada, Anies Baswedan Akui Menyesal

Menakar Peluang Kemenangan Pasangan Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina di Pilgub Jabar 2024

Senin, 09 September 2024 | 19:27 WIB
header img
Taufik Nurrohim, S.Psi, Anggota DPRD sekaligus Sekretaris Fraksi PKB DPRD Provinsi Jawa Barat. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat selalu menjadi ajang yang penuh dinamika dan kejutan, tidak terkecuali pada Pilgub tahun ini. Dalam konteks politik saat ini, Koalisi Indonesia Maju (KIM) menghadapi tantangan yang tidak kecil: mereka tidak memiliki kandidat dengan tingkat elektabilitas yang signifikan. Berdasarkan survei terbaru, tidak ada satu pun calon yang mampu mencapai angka elektabilitas di atas 30%. Ini menunjukkan bahwa peta politik Jawa Barat masih sangat cair, dan peluang untuk memenangkan Pilgub sangat terbuka bagi siapa saja.

Anomali Hasil Pilgub Jawa Barat

Pemilihan Gubernur (Pilgub) di Jawa Barat dikenal memiliki pola yang tidak mudah ditebak. Sejak pemilihan gubernur dilakukan secara langsung oleh rakyat, hasil-hasil Pilgub Jawa Barat kerap menghadirkan kejutan dan anomali yang sulit diprediksi. Mari kita lihat beberapa contoh dari Pilgub ke Pilgub di Jawa Barat:

1. Pilgub 2008: Kejutan dari Ahmad Heryawan (Aher)

Pilgub Jawa Barat 2008 adalah pemilihan gubernur langsung pertama di provinsi ini. Pada saat itu, Ahmad Heryawan (Aher) yang berpasangan dengan Dede Yusuf berhasil memenangkan kontestasi dengan perolehan suara sekitar 40,50%, mengalahkan dua kandidat lainnya yang dianggap lebih kuat, yaitu pasangan Agum Gumelar – Nu’man Abdul Hakim dan pasangan Dani Setiawan – Iwan Ridwan Sulandjana. Agum Gumelar, yang diusung oleh koalisi besar dan dikenal sebagai mantan Menteri, awalnya diprediksi akan unggul. Namun, Aher-Dede berhasil meraih dukungan luas, terutama dari kalangan Islam dan pemuda, serta diuntungkan oleh kehadiran Dede Yusuf, seorang artis yang sangat populer saat itu.

2. Pilgub 2013: Aher Kembali Mematahkan Prediksi

Pada Pilgub 2013, Aher yang kembali mencalonkan diri bersama Deddy Mizwar menghadapi tantangan dari calon-calon kuat lainnya, termasuk Rieke Diah Pitaloka – Teten Masduki dan Dede Yusuf – Lex Laksamana. Dalam Pilgub ini, Aher-Deddy Mizwar memenangkan pemilihan dengan perolehan suara sekitar 32,39%. Kemenangan ini sekali lagi menunjukkan anomali, karena Rieke Diah Pitaloka, seorang politisi terkenal dan mantan aktris, serta Teten Masduki yang dikenal sebagai aktivis anti-korupsi, dianggap memiliki peluang besar. Namun, kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Aher selama periode pertama, serta faktor popularitas Deddy Mizwar di kalangan masyarakat Jawa Barat, terutama sebagai aktor yang identik dengan peran agama dan moralitas, menjadi faktor penentu kemenangan mereka.

3. Pilgub 2018: Ridwan Kamil dan Politik Identitas yang Tidak Terduga

Pilgub Jawa Barat 2018 menjadi salah satu yang paling kompetitif dan menampilkan anomali lainnya. Ridwan Kamil, yang diusung oleh koalisi nontradisional dan tidak memiliki dukungan penuh dari partai-partai besar, justru memenangkan pemilihan dengan perolehan suara sekitar 32,88%. Ridwan Kamil yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum mengalahkan kandidat kuat lainnya seperti Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi dan Sudrajat – Ahmad Syaikhu, serta pasangan TB Hasanuddin – Anton Charliyan. Kejutan terbesar datang dari kemampuan Ridwan Kamil untuk memenangkan dukungan lintas partai dan menarik suara pemilih urban yang menginginkan perubahan. Selain itu, faktor politik identitas juga terlihat kuat, terutama dalam upaya pasangan Sudrajat – Ahmad Syaikhu yang didukung oleh Partai Gerindra dan PKS, yang berhasil meraih sekitar 28,74% suara, meskipun mereka tidak diunggulkan sejak awal.

Kesimpulan Anomali Pilgub Jawa Barat

Dari hasil Pilgub sejak 2008 hingga 2018, dapat disimpulkan bahwa hasil Pilgub Jawa Barat sering kali tidak sesuai dengan prediksi awal. Kandidat yang dianggap lemah atau underdog bisa saja memenangkan pemilihan dengan strategi yang tepat, kampanye efektif, serta pemanfaatan isu-isu yang relevan bagi pemilih.

Anomali-anomali ini menunjukkan bahwa pemilih Jawa Barat tidak sepenuhnya terpengaruh oleh popularitas atau kekuatan partai semata, tetapi lebih dipengaruhi oleh kemampuan kandidat untuk menyentuh isu-isu yang dekat dengan kehidupan mereka, serta menghadirkan figur yang dirasa merepresentasikan aspirasi mereka. Sentimen politik identitas, popularitas, dan kemampuan menggalang dukungan dari berbagai segmen masyarakat menjadi kunci utama dalam memenangkan Pilgub di provinsi ini.

Melihat sejarah anomali ini, pasangan Acep Adang Ruhiat dan Gitalis Dwi Natarina memiliki peluang yang besar untuk membuat kejutan di Pilgub Jawa Barat berikutnya, asalkan mereka mampu memainkan strategi yang tepat dan merangkul berbagai lapisan masyarakat di provinsi ini.

Berikut adalah faktor-faktor yang mendukung peluang kemenangan pasangan Acep Adang Ruhiat dan Gitalis Dwi Natarina untuk memenangkan pemeilihan gubernur dan wakil gubernur jawa barat tahun ini :

Sentimen Politik Identitas di Jawa Barat

Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang memiliki sentimen politik identitas yang kuat. Faktor agama dan kesukuan seringkali menjadi pertimbangan penting dalam menentukan pilihan politik masyarakat. Dalam konteks ini, Acep Adang Ruhiat memiliki keunggulan tersendiri sebagai seorang tokoh agama yang dihormati. Berasal dari kalangan ulama, ia memiliki jaringan luas di kalangan pesantren, terutama di Ponpes Cipasung, yang merupakan salah satu pesantren besar di Jawa Barat. Pengaruhnya di kalangan umat Islam, khususnya Nahdlatul Ulama, menjadikannya figur yang dapat diandalkan dalam menggalang dukungan berbasis agama.

Tren Positif Pergerakan PKB di Jawa Barat

Salah satu faktor penting yang dapat menjadi penentu kemenangan pasangan Acep Adang Ruhiat dan Gitalis Dwi Natarina adalah tren pergerakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jawa Barat. PKB saat ini sedang tumbuh dan berkembang menjadi salah satu partai terbesar di provinsi ini. Dengan peningkatan suara yang signifikan dalam beberapa pemilu terakhir, PKB telah berhasil menambah jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat. Kenaikan suara dan kursi ini menunjukkan bahwa PKB semakin diterima oleh masyarakat Jawa Barat, terutama di kalangan nahdliyin dan masyarakat pedesaan. Dengan dukungan PKB yang semakin kuat, pasangan Acep Adang dan Gitalis memiliki modal politik yang solid untuk bersaing di Pilgub Jabar.

Keunggulan Acep Adang Ruhiat

Acep Adang Ruhiat bukan hanya seorang ulama, tetapi juga seorang politisi berpengalaman dengan rekam jejak yang bersih. Pengabdiannya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat selama dua periode, serta di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) selama dua periode, menunjukkan kematangan dan kedalaman pengalamannya dalam dunia politik. Jaringan luas yang ia miliki di kalangan ulama dan masyarakat pesantren di Jawa Barat menjadi modal utama dalam menggalang dukungan, terutama di daerah-daerah yang menjadi basis suara Nahdlatul Ulama. Selain itu, Acep Adang dikenal sebagai figur yang bersih dari korupsi dan selalu menjaga integritasnya, yang merupakan nilai tambah di mata pemilih yang mendambakan pemimpin yang jujur dan beretika.

Keunggulan Gitalis Dwi Natarina

Di sisi lain, Gitalis Dwi Natarina membawa pesona tersendiri sebagai seorang artis yang sudah populer di Jawa Barat. Namanya sudah dikenal luas, tidak hanya karena kiprahnya di dunia hiburan, tetapi juga karena pengabdiannya sebagai anggota DPR RI. Kepopuleran Gita di kalangan masyarakat Jawa Barat, terutama di kalangan perempuan dan pemuda, memberikan keuntungan tersendiri bagi pasangan ini. Lebih dari itu, Gita adalah satu-satunya perempuan yang maju sebagai calon dalam Pilgub Jawa Barat kali ini, memberikan daya tarik tambahan di mata pemilih yang ingin melihat keterwakilan gender dalam kepemimpinan daerah.

Strategi Khusus untuk Memenangkan Pilgub

1. Memperkuat Basis Dukungan di Kalangan Nahdliyin:
Acep Adang harus memanfaatkan sepenuhnya jaringannya di kalangan pesantren dan ulama, khususnya di wilayah-wilayah yang menjadi basis Nahdlatul Ulama. Pendekatan intensif kepada para kyai, ustadz, dan tokoh agama lokal perlu dilakukan untuk memastikan dukungan penuh dari komunitas-komunitas religius di Jawa Barat. Pesan-pesan yang menekankan pentingnya kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai keislaman dan moralitas harus diutamakan dalam kampanye.

2. Menggalang Dukungan dari Pemilih Perempuan:
Gitalis Dwi Natarina, sebagai satu-satunya calon perempuan, harus fokus pada isu-isu yang relevan bagi pemilih perempuan, seperti kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi. Melalui kampanye yang menyoroti pentingnya representasi perempuan dalam kepemimpinan, Gita bisa menarik perhatian pemilih perempuan yang mencari perubahan dalam politik lokal.

3. Memanfaatkan Kepopuleran di Media Sosial:
Dengan Gita sebagai sosok populer di dunia hiburan, pasangan ini bisa memanfaatkan kekuatan media sosial untuk menjangkau pemilih muda dan kaum milenial. Kampanye digital yang kreatif dan interaktif, yang memadukan pesan-pesan politik dengan konten hiburan, bisa menjadi cara efektif untuk menggaet pemilih yang aktif di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.

4. Menggunakan Narasi Kesejahteraan dan Kesetaraan:
   Mengusung narasi yang berfokus pada kesejahteraan dan kesetaraan, pasangan ini dapat menarik dukungan dari berbagai segmen masyarakat, termasuk petani, buruh, dan pelaku UMKM. Program-program yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi, akses terhadap pendidikan, dan layanan kesehatan yang lebih baik harus menjadi fokus utama kampanye mereka.

5. Membangun Kerjasama dengan Ormas-ormas islam:
Meski PKB memiliki tren yang positif, Acep Adang dan Gita juga perlu menjalin kerjasama dengan ormas-ormas islam untuk memperkuat basis dukungan mereka. Dengan menggandeng ormas-ormas islam yang memiliki basis massa kuat di wilayah-wilayah tertentu, mereka dapat memperluas jangkauan kampanye dan memastikan suara yang lebih solid.

Menghadapi Pilgub Jawa Barat

Dengan kombinasi keunggulan yang dimiliki oleh Acep Adang Ruhiat dan Gitalis Dwi Natarina, serta dukungan yang terus tumbuh dari PKB, pasangan ini memiliki peluang yang signifikan untuk memenangkan Pilgub Jawa Barat. Di tengah peta politik yang masih sangat cair dan tidak adanya kandidat dengan elektabilitas dominan, pasangan ini bisa menjadi kuda hitam yang mampu mengubah peta persaingan. Strategi-strategi khusus yang dirancang dengan baik, mulai dari penggalangan dukungan di kalangan pesantren hingga pemanfaatan media sosial, dapat menjadi kunci sukses mereka dalam meraih kemenangan di Pilgub Jawa Barat.

(Taufik Nurrohim, S.Psi, penulis adalah Anggota DPRD sekaligus Sekretaris Fraksi PKB DPRD Provinsi Jawa Barat)

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut