BANDUNG, iNewsBandungraRaya.id -SOKSI lahir pada 1960 untuk membenahi arah politik negara, yang cenderung semakin jauh dari cita-cita para pemimpin bangsa. Terlebih, pemerintah Orde Lama terlalu disibukkan oleh berbagai agenda politik yang tak ada habis-habisnya, sehingga mengabaikan kesejahteraan rakyatnya.
"Saat itu, identitas bangsa mulai goyang, karena ada organisasi politik yang namanya PKI, mulai berjaya dan memengaruhi kehidupan politik bangsa. Doktrinnya jauh menyimpang dari UUD 1945," kata Ketua Umum Depinas SOKSI Dr. Ir. H. Ahmadi Noor Supit, M.M. saat memberikan arahan pada Pendidikan Politik Kader Bangsa (P2KB) Tingkat Madya Batch Kedua 2024, di STIE Pasundan, Rabu (18/12/2024).
Dijelaskan, TNI melihat kondisi ini berbahaya untuk bangsa, maka dibentuklah organisasi di semua lini. "Didirikanlah SOKSI yang orientasinya lebih kepada politik. Lahirlah organisasi yang gerak di bidang ekonomi, yaitu Kosgoro. Lahirlah MKGR yg orientasinya pada masalah keagamaan. Tapi yg ada di depan berhadapan dengan PKI adalah SOKSI," tandasnya.
Noor Supit mengatakan, SOKSI lahir dengan doktrin karya kekaryaan yang kental. Karena negara hanya bisa memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya apabila dia mampu berkarya. Artinya, SOKSI terlahir sebagai bagian integral bangsa yang bertekad kuat menjalankan amanah konstitusi untuk sejahterakan rakyatnya.
SOKSI bersama Trikarya (Kosgoro dan MKGR) yang membentuk Sekber Golkar --kemudian menjadi Partai Golkar-- tak boleh lepas dari doktrin itu. "Hal paling penting yang diberikan SOKSI kepada Golkar adalah, kesatu, harus tetap menantang ideologi ekstrim kiri dan kanan yg tak sesuai UUD '45. Dan kedua, doktrin kekaryaan. Identitas dua hal ini harus terus diingatkan di internal Partai Golkar," tegas mantan anggota DPR RI dan BPK RI ini.
Karena itu, Ketum Depinas SOKSI mengingatkan para kader di tingkat daerah, terutama yang sudah mengikuti P2KB, agar terus menunjukkan karya di tengah masyarakat.
"Kita masih punya pekerjaan rumah mensejahterakan seluruh rakyat. Kekayaan alam yang luar biasa belum sepenuhnya di-manage dengan baik, sehingga kemiskinan masih ada hingga tahun 2024 ini. Di sinilah kader SOKSI bisa memainkan peran yang strategis menunjukkan kinerjanya di bidang apapun," ujarnya. (*)
Editor : Abdul Basir