BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Dalam salah satu kajiannya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan mengenai hukum mengonsumsi jengkol dan petai, dengan mengupas aspek syariat dan etika yang berkaitan dengan makanan tersebut.
UAH mengawali pembahasan dengan menekankan bahwa setiap makanan halal pada dasarnya boleh dikonsumsi, termasuk jengkol dan petai. Namun, ada pertimbangan yang perlu diperhatikan jika makanan tersebut menimbulkan efek tertentu.
“Makanan seperti jengkol dan petai memiliki aroma yang khas. Jika baunya menyebabkan ketidaknyamanan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, maka ada adab yang perlu dijaga,” ujar UAH, dikutip dari YouTube @sahabat_hijraaahe.i7015, Rabu (25/12/2024).
Menurut UAH, makanan berbau menyengat yang dikonsumsi sebelum ibadah, seperti sholat, dapat memengaruhi kekhusyukan. Hal ini sejalan dengan anjuran Rasulullah SAW untuk memperhatikan kebersihan dan kesegaran sebelum beribadah.
“Coba bayangkan, kalau Anda merasa tidak nyaman dengan baunya sendiri, bagaimana saat berinteraksi dengan orang lain, apalagi menghadap Allah SWT dalam sholat?” lanjut Ustadz Adi Hidayat.
Ia juga menambahkan bahwa makanan seperti jengkol dan petai dapat dimakan asalkan tidak mengganggu aktivitas ibadah. Jika baunya dianggap mengganggu, maka sebaiknya diimbangi dengan tindakan untuk mengurangi efek tersebut, seperti menjaga kebersihan mulut.
UAH memberikan saran praktis untuk mengatasi bau yang ditimbulkan. Ia bahkan menyebutkan humor ringan terkait “obat” jengkol dan petai. “Anda makan jengkol, obatnya petai. Makan petai, obatnya jengkol. Tapi kalau sama-sama bau, jangan dipaksakan,” katanya.
Dalam penjelasannya, UAH mengaitkan adab makan dengan prinsip keutamaan dalam Islam. Mengonsumsi makanan halal adalah hak, tetapi menjaga kenyamanan orang lain juga menjadi kewajiban.
“Islam mengajarkan keseimbangan. Tidak hanya fokus pada apa yang boleh dimakan, tetapi juga bagaimana dampaknya terhadap lingkungan sekitar,” tegas UAH.
Ia juga mengingatkan bahwa ibadah, seperti sholat, membutuhkan kondisi terbaik dari seorang muslim. Oleh karena itu, persiapan sebelum sholat, termasuk menjaga kesegaran tubuh, adalah bagian dari penghormatan kepada Allah SWT.
Lebih jauh, UAH mengaitkan hal ini dengan kebiasaan Rasulullah SAW yang selalu menjaga kebersihan mulut. Sunnah ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama setelah mengonsumsi makanan dengan aroma menyengat.
“Jika makanan seperti jengkol dikonsumsi, pastikan untuk segera bersihkan diri dan berwudhu sebelum beribadah. Ini agar ibadah Anda tetap nyaman dan khusyuk,” jelas UAH.
Penjelasan ini memberikan perspektif baru bagi penggemar jengkol dan petai. Konsumsi makanan tersebut tidak dilarang, namun perlu diatur agar tidak mengganggu diri sendiri maupun orang lain.
UAH juga menekankan pentingnya memahami adab dalam Islam secara kontekstual. Setiap aturan memiliki hikmah yang mendalam, termasuk anjuran untuk menjaga kesegaran tubuh sebelum ibadah.
Editor : Zhafran Pramoedya