get app
inews
Aa Text
Read Next : Penjelasan Gus Baha soal Perbedaan Penentuan Awal Ramadhan NU dan Muhammadiyah

Kata Muhammadiyah soal Fenomena Pergi Haji Jalan Kaki

Rabu, 26 Februari 2025 | 15:50 WIB
header img
Ibadah Haji. (Foto: Kemenag)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Belakangan ini, muncul fenomena dimana warga negara Indonesia (WNI) berjalan kaki hingga menaiki perahu galon demi bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Salah satunya seperti yang dilakukan dua warga asal Demak, Jawa Tengah yang viral di media sosial. Dalam video yang diunggah di akun TikTok @mbah.mo195, keduanya menyampaikan niat mereka untuk berjalan kaki menuju Makkah.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kami dari Demak berjalan kaki ke Makkah. Semoga selamat sampai tujuan,” ucap salah satu dari mereka.

Dengan hanya membawa tas ransel hitam dan bendera Merah Putih, perjalanan ini mengundang reaksi beragam dari masyarakat.

Tak hanya berjalan kaki, aksi lain yang tak kalah ekstrem dilakukan oleh dua warga Banyuwangi, Dwian Rahardi Pamungkas dan Kholili Anam.

Mereka memilih berangkat ke Makkah dengan menaiki perahu yang terbuat dari galon air. Sebelum berlayar, mereka menggelar doa bersama dan memotong tumpeng.

“Kita sangat yakin bisa sampai tujuan karena sebelumnya sudah melakukan riset,” ujar Dwian dalam unggahan akun TikTok @aini.vlog.

Menanggapi fenomena ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad memandang bahwa kehidupan yang semakin materialistis dan hedonis turut mempengaruhi pola pikir masyarakat, termasuk dalam urusan ibadah.

“Segala bisa dijadikan ladang uang, termasuk haji, umrah, dan makam mewah,” ucap Dadang dilansir laman Muhammadiyah, Rabu (26/2/2025).

Dadang menilai bahwa perjalanan haji dengan berjalan kaki atau menaiki perahu galon bukanlah pilihan murah jika dihitung dari segi transportasi, akomodasi, dan konsumsi.

Dia pun mempertanyakan apakah aksi tersebut murni didorong oleh niat ibadah atau sekadar mencari sensasi.

“Memang bisa dipahami kenapa mereka bertindak begitu. Bisa saja mereka kehilangan harapan karena harus menunggu antrean hingga 20 tahun untuk haji reguler atau lima tahun untuk haji plus,” katanya.

Dalam konteks dakwah, Dadang menekankan pentingnya memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentang ibadah haji dan cara mencapainya dengan bijak.

“Mereka harus disadarkan bahwa mengandalkan popularitas tidaklah abadi. Yang abadi adalah etos kerja dan ketakwaan kepada Allah SWT,” tandasnya.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut