get app
inews
Aa Text
Read Next : 10 Ucapan Lebaran yang Penuh Makna, Cocok untuk Status dan Cuitan

Catat, Ini Amal Ibadah dan Adab dalam Menyambut Idul Fitri

Kamis, 27 Maret 2025 | 10:30 WIB
header img
Idul Fitri atau Lebaran. (Foto: Ilustrasi/Freepik)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Idul Fitri adalah momen suci yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Hari kemenangan ini menjadi waktu untuk bersyukur, berbagi kebahagiaan, dan mempererat tali silaturahmi.

Dalam menyambut hari yang penuh berkah ini, terdapat amal ibadah dan adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW agar umat Islam dapat merayakannya dengan penuh makna dan keikhlasan.

Berikut adalah beberapa amal ibadah dan adab yang dapat kita amalkan.

Memperbanyak Takbir
 
Salah satu amal ibadah yang sangat dianjurkan dalam menyambut Idul Fitri adalah memperbanyak takbir. Umat Islam dituntun untuk mengumandangkan takbir sejak matahari terbenam pada malam Idul Fitri hingga pagi hari saat salat ‘Id akan dimulai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“… Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah (2): 185).

Tradisi ini juga dicontohkan oleh para sahabat Nabi. Dalam sebuah riwayat, Ibnu Umar dikisahkan selalu bertakbir dengan suara yang dikeraskan saat menuju tempat salat pada hari ‘Id:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ كَانَ إِذَا غَدًا إِلَى الْمَصَلَّى يَوْمَ العِيْدِ كَبَّرَ فَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَكْبِيْرِ (رَوَاهُ الشافِعِي)

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia apabila pergi ke tanah lapang di pagi hari ‘Id, ia bertakbir dengan mengeraskan suara takbirnya.” (HR. Asy-Syafi’i).

Bahkan, Ibnu Umar melanjutkan takbir hingga tiba di tempat salat dan berhenti saat imam duduk untuk memulai khutbah:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ كَانَ إِذَا غَدًا إِلَى الْمَصَلَّى يَوْمَ الْفِطْرِ إِذَا طَلَعَتْ الشَّمْسُ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِي الْمَصَلَّى يَوْمَ الْعِيدِ ثُمَّ يُكَبِّرُ بِالْمُصَلِيَّ حَتَّى إِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ تَرَكَ التَكْبِيرَ (رَوَاهُ الشَّافِعِي)

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia apabila pergi ke tempat salat pada pagi hari Idul Fitri ketika matahari terbit, ia bertakbir hingga sampai ke tempat salat pada hari ‘Id, kemudian di tempat salat itu ia bertakbir pula, sehingga apabila imam telah duduk, ia berhenti takbir.” (HR. Asy-Syafi’i).

Ucapan takbir yang biasa dilantunkan adalah:

اللهُ أَكْبَرَ اللهُ أَكْبَر لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرِ اللَّهُ أَكْبَرِ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah.”

Berhias dengan Memakai Pakaian Bagus dan Wangi-wangian

Adab lain yang dianjurkan adalah berpenampilan rapi dan berhias saat menghadiri salat Idul Fitri. Baik laki-laki maupun perempuan dianjurkan untuk memakai pakaian yang bersih dan bagus, tidak harus mahal, tetapi rapi, serta menggunakan wangi-wangian secukupnya.

Rasulullah SAW memberikan teladan dalam hal ini:

جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ : أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَلْبَسُ بُرْدَ حِبَرَةٍ فِي كُلِّ عِيْدٍ. رَوَاهُ الشَافِعِي

“Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi SAW selalu memakai wool (burda) bercorak (buatan Yaman) pada setiap ‘Id.” (HR. Asy-Syafi’i).

Selain itu, Rasulullah juga memerintahkan umatnya untuk tampil sebaik mungkin:

عَنْ زَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ بْن عَلِي عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي العِيْدَيْنِ أَنْ نَلْبِسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ وَ أَنْ نَتَطَيِّبَ بِأَجْوَدِ مَا نَجِدُ …

“Diriwayatkan dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya, ia mengatakan: kami diperintahkan oleh Rasulullah SAW pada dua hari raya untuk memakai pakaian kami terbaik yang ada, memakai wangi-wangian terbaik yang ada…” (HR. Al-Hakim).

Makan Sebelum Berangkat Salat Idul Fitri

Sebelum berangkat menunaikan salat Idul Fitri, Rasulullah SAW mengajarkan untuk makan terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan kebiasaan pada Idul Adha, di mana makan dilakukan setelah salat. Dalam sebuah riwayat:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَعْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتِ. رَوَاهُ الْبِحَارِي

“Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah SAW tidak pergi ke salat Idul Fitri sebelum beliau makan beberapa kurma.” (HR. Al-Bukhari).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ. (رَوَاهُ التُرْمُذِى)

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah SAW pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sehingga selesai salat.” (HR. At-Tirmizi).

Dianjurkan Berangkat dengan Berjalan Kaki dan Pulang Melalui Jalan Lain

Rasulullah SAW juga mengajarkan adab untuk berangkat ke tempat salat ‘Id dengan berjalan kaki dan pulang melalui jalan yang berbeda:

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْتِي الْعِيدَ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ فِي غَيْرِ الطَّرِيقِ الَّذِي ابْتَدَأَ فِيهِ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه)

“Diriwayatkan dari Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi SAW mendatangi salat ‘Id dengan berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi.” (HR. Ibnu Majah).

Pelaksanaan Salat Idul Fitri Dihadiri oleh Semua Umat Islam

Idul Fitri adalah hari besar yang penuh berkah dan kegembiraan, sehingga salatnya dihadiri oleh seluruh lapisan umat Islam, tua, muda, laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak.

Bahkan, perempuan yang sedang haid pun dianjurkan hadir untuk menyaksikan kebaikan dan mendengarkan khutbah, meskipun tidak ikut salat:

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ الأَنْصَارِيَّةِ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا أَنْ تُخْرِجَ الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الْمُصَلَّى وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَالدَّعْوَةَ مَعَ الْمُسْلِمِينَ. رَوَاهُ أَحْمَدُ)

“Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah al-Anshariyah, ia berkata: Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk menyertakan gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya dan dakwah yang disampaikan khatib bersama kaum muslimin.” (HR. Ahmad).

Editor : Agung Bakti Sarasa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut