Cicaheum Dulu dan Kini, Kawasan Padat yang Lahir dari Nama Sebuah Tumbuhan

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Cicaheum merupakan salah satu wilayah yang cukup populer di Kota Bandung, dikenal luas karena menjadi lokasi salah satu terminal angkutan terbesar dan tersibuk di kota ini.
Meski kerap dilalui atau menjadi titik keberangkatan dan kedatangan, tidak banyak yang mengetahui asal-usul nama Cicaheum yang memiliki sejarah toponimi unik.
Secara geografis, Cicaheum terletak di bagian timur Kota Bandung dan menjadi simpul lalu lintas strategis, menghubungkan berbagai daerah di Bandung Raya hingga kota-kota luar.
Terminal Cicaheum menjadi pusat mobilitas harian warga, mulai dari pekerja, pelajar, hingga pelancong antarkota.
Namun di balik hiruk-pikuk aktivitas dan lalu lintasnya yang padat, tersimpan cerita menarik mengenai asal-usul namanya.
Mengutip dari berbagai sumber, nama Cicaheum diyakini berasal dari dua kata dalam Bahasa Sunda: “ci” atau “cai” yang berarti air, dan “cauheun” atau “cisauhen”, sebutan untuk sejenis tumbuhan rumput liar bernama Panicum repens dalam istilah ilmiah.
Rumput ini dikenal tumbuh subur di daerah lembap dan berair, dan dahulu banyak ditemukan di kawasan tersebut. Keberadaannya yang melimpah menjadi ciri khas lingkungan Cicaheum pada masa lampau.
Sebagaimana banyak nama daerah di tanah Sunda, penamaan Cicaheum mencerminkan kondisi geografis dan vegetasi setempat.
Masyarakat pada masa lalu kerap menamai suatu tempat berdasarkan apa yang mereka lihat atau alami di lokasi tersebut.
Seiring waktu, pelafalan “cisauhen” dalam percakapan sehari-hari berubah menjadi “cicaheum”, proses fonetik yang umum terjadi dalam penamaan tempat-tempat di Indonesia, terutama bila tidak terdokumentasi secara tertulis.
Kini, meski Cicaheum telah berkembang menjadi kawasan padat penduduk dengan aktivitas ekonomi dan transportasi yang dinamis, nama tersebut tetap menjadi warisan budaya lokal yang sarat makna.
Ia mengingatkan kita bahwa tempat yang tampak modern dan sibuk hari ini, dulunya adalah hamparan lembap yang ditumbuhi rerumputan liar, sebuah potret alam yang kemudian diabadikan dalam nama.
Jadi, saat Anda melintasi Terminal Cicaheum atau menunggu kendaraan di bawah papan penunjuk arah, ingatlah bahwa nama itu bukan sekadar penanda lokasi.
Ia adalah bagian dari cerita panjang Bandung, tentang air, alam, dan warisan tutur yang lestari hingga kini.
Editor : Agung Bakti Sarasa