Darurat Jantung Mengintai, PERKI Luncurkan Deklarasi Nasional InaPrevent 2025 di Bandung

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Indonesia tengah menghadapi ancaman serius dari lonjakan penyakit kardiovaskular (PKV). Merespons kondisi darurat kesehatan ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan Deklarasi InaPrevent 2025. Momen penting ini terjadi dalam forum nasional bertajuk 'Bridging Global Guidelines with Local Practices: Customizing Cardiovascular Prevention, Rehabilitation Care and Sports Cardiology in Indonesia' yang digelar di Bandung pada Sabtu (10/5/2025).
Acara yang dihadiri 860 peserta dari berbagai penjuru Indonesia, termasuk 350 dokter spesialis, menandai komitmen kuat PERKI untuk memperkuat upaya pencegahan dan rehabilitasi penyakit jantung serta pembuluh darah di Tanah Air. Ketua Panitia InaPrevent, dr. Badai, mengungkapkan kegembiraannya atas antusiasme peserta, serta menginformasikan bahwa program rehabilitasi jantung kini semakin meluas, termasuk di Kota Bandung.
Presiden PERKI, dr. Ade Meidian Ambari, MD, PhD, FIHA, menyampaikan pesan yang mengkhawatirkan sekaligus seruan bertindak. "Satu dari tiga orang Indonesia meninggal karena penyakit kardiovaskular, dan satu dari tiga juga mengidap hipertensi. Ini darurat!" tegasnya, menekankan urgensi pencegahan.
Menurut dr. Ade, penanganan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan obesitas harus dilakukan secara sistematis melalui edukasi yang gencar, skrining rutin, dan promosi gaya hidup sehat.
"Kami ingin menjadikan prevensi sebagai budaya, dan rehabilitasi sebagai hak bagi semua penyintas," lanjutnya dengan penuh harap.
Senada dengan hal tersebut, Ketua POKJA Prevensi dan Rehabilitasi Kardiovaskular PERKI, dr. Abdul Halim Raynaldo, SpJP(K), mengingatkan bahwa PKV bukan hanya isu medis semata, melainkan juga persoalan sosial dan ekonomi yang berdampak luas bagi negara.
"Ini bukan hanya persoalan medis, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Negara membutuhkan langkah strategis dan komprehensif untuk mencegah bencana kesehatan yang lebih besar di masa depan. Tanpa perubahan paradigma dan komitmen bersama, kita akan terus menghadapi beban ekonomi dan sosial akibat penyakit kardiovaskular. Deklarasi Ina Prevent 2025 adalah langkah strategis yang kami harap dapat menjadi tonggak transformasi kesehatan jantung di Indonesia," tandas dr. Abdul Halim.
Deklarasi InaPrevent 2025 juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor. PERKI menargetkan penguatan sinergi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, hingga Yayasan Jantung Indonesia untuk membangun sistem rujukan yang efektif.
"Penyakit kardiovaskular adalah ancaman nyata, dan pencegahan adalah solusi yang paling efisien. Kolaborasi adalah kata kunci," tegas perwakilan PERKI.
Untuk mewujudkan program nasional ini, PERKI menyerukan dukungan penuh dari pemerintah dan para pemangku kebijakan dalam bentuk regulasi, pendanaan, serta sinergi lintas sektor. Langkah ini diharapkan dapat menjadi awal perubahan besar dalam menekan angka penyakit jantung di Indonesia.
Editor : Agung Bakti Sarasa