get app
inews
Aa Text
Read Next : Gedung Sate Pernah Menjadi Bangunan Tertinggi di Bandung

Sejarah Nama Gedung Sate: Asal-Usul, Arsitektur, dan Fakta Unik yang Jarang Diketahui

Senin, 19 Mei 2025 | 09:47 WIB
header img
Gedung Sate Bandung dengan ornamen tusuk sate di puncaknya, simbol ikonik yang menjadi asal-usul namanya. (Foto: Biro Adpim Jabar)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Sejarah Gedung Sate di Bandung bukan hanya berkaitan dengan kolonialisme dan pemerintahan, tetapi juga dengan budaya, arsitektur, dan simbolisme lokal yang kuat. Gedung ini dikenal luas karena ornamen khas di atapnya yang menyerupai tusuk sate, yang menjadi inspirasi penamaannya.

Meski kini menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, tidak banyak yang mengetahui kisah mendalam tentang asal-usul nama Gedung Sate dan fakta-fakta unik yang mengelilinginya.

Asal-Usul Nama Gedung Sate yang Ikonik

Nama "Gedung Sate" muncul dari bentuk ornamen tusuk sate yang menjulang di puncak bangunan utama. Ornamen ini terdiri dari enam bulatan besar yang ditancapkan secara vertikal.

Menurut Dr. Ahmad Baiquni, M.Sn, Dosen Sejarah Arsitektur di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, ornamen tersebut bukan sekadar hiasan. "Tusuk sate di atas menara Gedung Sate merupakan simbol dari enam juta Gulden, yaitu anggaran pembangunan gedung pada tahun 1920," ujarnya dalam wawancara di Jurnal Arsitektur ITB (2022).

Nama Gedung Sate tidak pernah ditetapkan secara resmi oleh pemerintah kolonial. Istilah tersebut berasal dari penyebutan masyarakat lokal yang kemudian menjadi sangat populer dan melekat hingga sekarang.

Sejarah Gedung Sate sebagai Bangunan Pemerintahan

Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 hingga selesai pada 1924 oleh pemerintah kolonial Belanda. Tujuan awalnya adalah sebagai kantor pusat Departement Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum).

Pembangunan gedung melibatkan lebih dari 2.000 pekerja dari berbagai daerah seperti Jawa, Tiongkok, dan Kalimantan. Proyek ini merupakan bagian dari rencana ambisius menjadikan Bandung sebagai ibu kota administratif Hindia Belanda.

Dalam dokumen resmi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), proyek Gedung Sate disebut sebagai bagian dari program "Grote Post" yang dicanangkan untuk menata ulang struktur pemerintahan kolonial di pulau Jawa.

Arsitektur Perpaduan Barat dan Nusantara

Desain Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Belanda Ir. J. Gerber, lulusan Technische Hogeschool Delft, yang bekerja sama dengan arsitek kenamaan Prof. Dr. Hendrik Petrus Berlage. Gaya arsitekturnya memadukan unsur arsitektur Eropa klasik dengan elemen budaya Indonesia.

Menurut Ir. Maya Putri Rahmawati, M.Arch, Peneliti Arsitektur Kolonial di Universitas Katolik Parahyangan, Gedung Sate adalah contoh harmonisasi gaya tropis lokal dan teknik barat. “Struktur atap meru diadopsi dari candi dan pura Nusantara, menyesuaikan dengan iklim tropis dan nilai simbolik masyarakat lokal,” ungkapnya dalam disertasi tahun 2021.

Gedung ini juga memanfaatkan sirkulasi udara alami dengan banyak jendela dan ruang terbuka. Bukaan besar ini menjadikan bangunan tetap sejuk meski tanpa sistem pendingin modern saat itu.

Fakta Unik Gedung Sate yang Jarang Diketahui

Salah satu fakta menarik dari Gedung Sate adalah adanya lorong bawah tanah yang menghubungkan bagian-bagian penting gedung. Lorong ini dulunya digunakan sebagai akses cepat dan tempat penyimpanan arsip rahasia.

Gedung ini juga dikenal tahan gempa karena dibangun di atas pondasi batu kali yang kokoh. Struktur bangunan utamanya belum pernah mengalami perubahan besar sejak awal berdiri, hanya restorasi ringan demi pelestarian.

Selain itu, desain interior Gedung Sate menggunakan marmer asli Italia dan ubin terakota lokal, memperlihatkan perpaduan material impor dan lokal yang cermat.

Gedung Sate Saat Ini dan Pelestariannya

Sejak kemerdekaan, Gedung Sate menjadi pusat pemerintahan Jawa Barat dan simbol resmi provinsi. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjaga gedung ini melalui proses restorasi yang mengikuti prinsip konservasi bangunan cagar budaya.

Menurut Jurnal Warisan Budaya oleh Kementerian PUPR (2023), Gedung Sate termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya nasional dengan klasifikasi perlindungan penuh.

Kini, Gedung Sate juga menjadi destinasi wisata sejarah. Pemerintah daerah menyediakan museum digital yang memuat informasi sejarah, arsitektur, dan artefak pembangunan.

Gedung Sate, Warisan Arsitektur Bernilai Sejarah Tinggi

Sejarah Gedung Sate bukan hanya soal bangunan fisik, tetapi juga mencerminkan pertemuan antara budaya, kekuasaan, dan sejarah bangsa. Nama yang sederhana justru menyimpan banyak makna mendalam.

“Gedung Sate adalah refleksi dari identitas lokal yang bertahan di tengah pengaruh kolonial. Ini adalah simbol sejarah yang harus terus dijaga,” pungkas Dr. Ahmad Baiquni.

Editor : Agung Bakti Sarasa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut