Tanah Bergerak Ancam Desa Pasirmunjul Purwakarta, Warga Diminta Mengungsi

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pemerintah Kabupaten Purwakarta mengeluarkan himbauan agar masyarakat menjauhi daerah yang mengalami pergerakan tanah di Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, guna mencegah risiko bencana susulan.
Sekretaris Daerah Purwakarta, Norman Nugraha, menjelaskan bahwa wilayah tersebut termasuk daerah yang rawan dengan pergerakan tanah sehingga penanganan cepat dan terencana sangat dibutuhkan.
Saat ini, frekuensi pergerakan tanah sudah berkurang menjadi sekitar satu jam sekali, berbeda dengan sebelumnya yang bisa terjadi setiap lima menit. Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sekitar area terdampak demi keselamatan.
"Kami terus menyalurkan bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi di lokasi aman. Namun, kami mohon agar masyarakat tidak mendekati lokasi bencana agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," ujar Norman.
Pemkab Purwakarta bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jawa Barat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), serta beberapa instansi terkait lainnya terus melakukan pemantauan dan pendataan kebutuhan di lokasi bencana. Pergerakan tanah yang terjadi belakangan ini dikategorikan sebagai bencana alam terbesar sejak 2007 di wilayah tersebut sehingga memerlukan penanganan darurat.
Menurut BPBD Jabar, bencana ini membuat sekitar 250 warga Desa Pasirmunjul harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Data sementara menunjukkan ada sekitar 70 bangunan yang mengalami kerusakan, termasuk 57 rumah rusak parah, 3 rumah rusak sedang, dan beberapa fasilitas umum dan tempat ibadah yang juga terdampak.
Data dari BPBD Purwakarta mencatat pergerakan tanah yang terjadi sejak 11 hingga 14 Juni 2025 telah meluas hingga 20 meter dari titik awal dan masih terus bertambah setiap 10 menit. Dampaknya, puluhan makam keluarga di Kampung Cigintung, Desa Pasirmunjul, harus dipindahkan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.
Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan pergerakan tanah di wilayah ini sudah terjadi berulang kali sejak bulan April hingga Juni 2025.
Wilayah yang terletak pada ketinggian sekitar 370 meter di atas permukaan laut ini merupakan daerah perbukitan dengan lereng yang cukup curam sehingga rentan terhadap bencana tanah bergerak.
Editor : Rizal Fadillah