Bukan Perda Anti Favorit, Wali Kota Bandung Fokus Samakan Kualitas Semua Sekolah di SPMB 2025

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Menjelang pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengingatkan para orang tua untuk menjunjung tinggi integritas. Ia menegaskan pentingnya memastikan proses pendaftaran anak ke sekolah berlangsung secara jujur, tanpa praktik curang seperti pungutan liar (pungli).
“Para orang tua sekalian, saya mengerti sekali bahwa kita ingin anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang terbaik,” ujar Farhan dalam acara Penandatanganan Pakta Integritas di SMPN 2 Bandung, Selasa (24/6/2025).
Lebih lanjut, ia meminta masyarakat menghindari cara-cara kotor demi mendapatkan kursi di sekolah yang dianggap favorit. “Ketahuilah bahwa pastikan anak-anak kita mendapatkan kursi di sekolah yang diinginkan itu dengan cara yang bersih. Jangan dengan cara-cara yang kotor, kasihan anak-anak kita,” imbuhnya.
Farhan menegaskan bahwa konsekuensi hukum menanti bagi siapa pun yang terlibat dalam praktik pungli, baik pemberi maupun penerima. “Menyekolahkan anak itu benar, tapi gunakan cara yang paling benar. Ingat juga bahwa yang akan kita pidana tidak hanya penerima pungli, tapi juga pemberi pungli. Jadi, kasihanilah anak-anak,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Farhan turut menyinggung isu favoritisme terhadap sekolah tertentu yang masih mengakar di masyarakat. Menurutnya, label "sekolah favorit" lebih bersifat subjektif dan tidak bisa dijadikan dasar hukum.
“Sekolah favorit itu kan persepsi ya. Kita tidak mungkin mengeluarkan perda anti-sekolah favorit, aneh. Itu mah persepsi. Masing-masing orang punya ide di dalam kepalanya sendiri seperti apa itu sekolah favorit,” jelas Farhan.
Ia mengakui, wajar jika orang tua memiliki preferensi terhadap sekolah tertentu. Namun, ia mengingatkan bahwa semakin tinggi minat terhadap satu sekolah, maka persaingan pun semakin ketat. “Cuma kan risikonya gini, Bapak Ibu tahu risikonya apabila masuk ke sekolah yang banyak peminatnya, maka kemungkinan untuk diterimanya pun makin kecil. Itu mah logika,” tambahnya.
Ketika ditanya soal upaya khusus untuk mengurangi favoritisme, Farhan menilai tindakan seperti rotasi guru atau penambahan fasilitas tidak akan berdampak signifikan. “Nggak ada, buat apa? Misalnya kayak rotasi guru atau penambahan fasilitas di sekolah? Nggak, nggak. Jadi, mau bikin apapun enggak ketolong,” katanya lugas.
Alih-alih mengubah persepsi publik, Farhan menekankan bahwa tantangan utama adalah menjadikan seluruh sekolah di Kota Bandung memiliki standar kualitas yang setara.
“Yang perlu kami lakukan adalah menjadikan semua sekolah itu kualitasnya sama. Karena ya itu mah persepsi orangnya,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa satu-satunya cara mengubah pandangan publik adalah dengan membuktikan bahwa sekolah-sekolah di pinggiran kota memiliki mutu yang tidak kalah dari yang berada di pusat.
“Persepsi orang itu bisa dikikis dengan cara seperti apa? Ya buktikan saja. Bahwa saya nggak mungkin bilang SMP ini sama jeleknya dengan sekolah lain. Nggak bisa. Saya harus bikin sekolah bahwa SMP yang jauh itu sama bagusnya dengan sekolah yang ada di tengah kota. Nah, itu tantangan,” tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah