Skandal Naturalisasi Terbesar di Asia, FIFA dan AFC Jatuhi Sanksi Malaysia

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Dunia sepak bola Asia diguncang oleh kabar mengejutkan: Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) resmi dijatuhi sanksi berat oleh FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Hukuman ini dijatuhkan setelah terungkapnya pelanggaran serius dalam proses naturalisasi pemain keturunan yang tidak memenuhi syarat sah menurut regulasi internasional.
Awal 2025, sejumlah media internasional dari Inggris dan Jepang mengungkap kejanggalan terkait pemain asing yang tiba-tiba memperkuat Timnas Malaysia dalam laga persahabatan melawan Vietnam dan Jepang. Mereka datang dari klub-klub kecil Eropa—terutama dari Inggris, Belanda, dan Prancis—dan mendapatkan status Warga Negara Malaysia (WNM) hanya dalam hitungan bulan.
Masalahnya, sebagian besar dari mereka tidak memiliki darah Malaysia, tidak pernah tinggal di Malaysia, dan belum memenuhi masa tinggal minimal lima tahun seperti yang diatur dalam Pasal 7 Regulasi FIFA.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap indikasi penggunaan dokumen palsu dan rekayasa silsilah keluarga. Salah satu kasus paling menonjol adalah Daren J Rizal, yang diklaim memiliki nenek asal Johor. Belakangan, identitas nenek tersebut ternyata hasil manipulasi dari biro jasa yang terhubung dengan agen pemain luar negeri.
FIFA segera membentuk komite disipliner khusus yang terdiri dari pakar hukum olahraga internasional. Setelah investigasi selama tiga bulan, FIFA menyimpulkan bahwa Malaysia melakukan pelanggaran sistematis dan terorganisir.
Sementara itu, AFC menyebut kasus ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap prinsip fair play dan integritas kompetisi.
Dalam rilis resmi yang dikeluarkan FIFA dan AFC, berikut sanksi yang dijatuhkan:
Diskualifikasi Timnas Malaysia dari semua kompetisi internasional hingga 2027
Pembatalan seluruh hasil pertandingan yang melibatkan pemain tidak sah
Denda 2 juta USD (sekitar Rp30 miliar) kepada FAM
Larangan merekrut pemain keturunan selama 5 tahun, kecuali dengan verifikasi ganda FIFA
Audit total terhadap seluruh pemain dalam struktur FAM
Pemberhentian sejumlah petinggi FAM, termasuk Presiden FAM, Hamidin Mohd Amin
Di media sosial ASEAN, skandal ini langsung trending. Tagar seperti #GoodbyeMalaysiaFootball dan #SkandalNaturalisasiMalaysia ramai diperbincangkan. Banyak yang menyebut ini sebagai “karma” bagi Malaysia.
“Kalau kami naturalisasi karena darah dan domisili, mereka cuma beli paspor,” tulis seorang netizen dari Surabaya. Bahkan mantan pelatih Vietnam turut bersuara, mempertanyakan absennya sistem pembinaan di Malaysia.
Menteri Pemuda dan Olahraga, Syed Zahid, turut dikecam karena dianggap menutup mata terhadap proses pemberian kewarganegaraan kilat. Oposisi di parlemen Malaysia pun menuntut audit nasional terhadap program naturalisasi dua tahun terakhir.
Presiden FAM mencoba memberi klarifikasi, menyebut proses naturalisasi sesuai hukum nasional. Namun, dokumen FIFA justru menunjukkan FAM secara aktif memfasilitasi pelanggaran, termasuk membayar agen dan biro jasa di Eropa.
Akibat skandal ini, banyak akademi sepak bola kehilangan minat peserta. Sponsor besar seperti Petronas, Telekom Malaysia, dan AirAsia dikabarkan mulai mengevaluasi dukungan mereka terhadap tim nasional.
Legenda sepak bola Malaysia, Zainal Abidin Hassan, menyebut ini sebagai pelajaran keras. “Sepak bola itu dibangun, bukan dibeli,” katanya.
FIFA turut memperingatkan negara-negara ASEAN lainnya untuk melakukan audit pemain keturunan, termasuk Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Namun, Indonesia dinilai aman, karena proses naturalisasi dilakukan secara sah dan transparan di bawah kepemimpinan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dengan mengedepankan bukti garis keturunan dan legalitas dokumen.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa jalan pintas bukan solusi untuk membangun prestasi. Malaysia kini menghadapi isolasi internasional, kehilangan sponsor, dan krisis kepercayaan publik.
Untuk sementara, panggung sepak bola dunia harus berjalan tanpa Harimau Malaya.
Editor : Rizal Fadillah