get app
inews
Aa Text
Read Next : Program Pemutihan Pajak di Jabar Diperpanjang, Manfaatkan Kesempatan Terakhir!

Polemik RSUD Al Ihsan: Antara Rebranding Budaya dan Pengaburan Nilai Spiritual

Sabtu, 05 Juli 2025 | 10:40 WIB
header img
RSUD Al Ihsan. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Keputusan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk mengganti nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan menjadi RSUD Welas Asih memicu gelombang penolakan dari berbagai kalangan masyarakat, terutama dari kelompok keagamaan di Jawa Barat.

Salah satu suara paling vokal datang dari Aliansi Pergerakan Islam Jawa Barat (API Jabar). Melalui pernyataan resmi pada Jumat (4/7/2025), Ketua API Jabar, Ustaz Asep Syaripuddin atau yang akrab disapa Kang UAS, menyebut perubahan nama tersebut telah mengabaikan warisan sejarah dan spiritual rumah sakit yang berdiri sejak 1993 itu.

“Kami sebagai bagian dari masyarakat Jawa Barat, menolak pergantian nama tersebut. Karena sejarah pendirian RS Al Ihsan adalah buah karya para ulama dan tokoh masyarakat yang berupaya membangun sinergi umat Islam di Jawa Barat,” tegas Kang UAS.

Akar Historis RSUD Al Ihsan: Warisan Ulama yang Terpinggirkan

RSUD Al Ihsan dibangun atas inisiatif enam tokoh penting, termasuk Drs. H. M Ukman Sutaryan dan KH Ahmad Syahid, di bawah naungan Yayasan Al Ihsan. Pembangunan dimulai pada 11 Maret 1993, bertepatan dengan 17 Ramadan 1414 H, dan resmi beroperasi pada 12 November 1995.

Yayasan ini mengelola rumah sakit tersebut hingga 2004 sebelum diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan diresmikan sebagai RSUD melalui Perda No. 23 Tahun 2008.

“Meskipun nama resminya RSUD Al Ihsan, jangan dilupakan akar sejarah dan nilai-nilai spiritual yang melandasi pendiriannya,” ujar Kang UAS.

Langkah Rebranding Gubernur Dedi Dinilai Keliru

Gubernur Dedi Mulyadi berdalih bahwa pergantian nama menjadi RSUD Welas Asih adalah bagian dari proses "rebranding" agar lebih mencerminkan budaya lokal Sunda. Namun, Kang UAS menyebut alasan tersebut justru kontraproduktif dan berpotensi memicu perpecahan identitas.

“Alasan pergantian nama demi 'rebranding' justru terkesan ingin mengadu domba antara Islam dan Sunda. Padahal istilah Al Ihsan memiliki makna spiritual yang dalam... menghapus nama Al Ihsan adalah penghilangan nilai spiritual dan sejarah,” kata Kang UAS.

API Jabar juga menilai, selama ini RSUD Al Ihsan aktif berkontribusi dalam kegiatan sosial seperti khitanan massal, pengobatan gratis, hingga aksi kemanusiaan saat bencana, yang semakin memperkuat nilai Islam dalam praktik keseharian rumah sakit tersebut.

Dugaan Pola Lama Terulang

Tak hanya soal nama, Kang UAS juga menyinggung rekam jejak Dedi Mulyadi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Ia mengingatkan publik pada kebijakan pembangunan patung-patung yang kala itu memicu kontroversi di kalangan umat Islam.

“Meskipun saat itu Purwakarta dikenal sebagai 'kota tasbih', namun kebijakan pembangunan patung-patung dengan dalih seni dan budaya dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Islam,” ucapnya.

“Jangan main-main dengan wilayah yang sensitif ini. Kami, dari Aliansi Masyarakat Jawa Barat, bersama para ulama dan tokoh masyarakat, akan terus menyuarakan penolakan ini,” tegas Kang UAS.

Dedi Mulyadi Klarifikasi: RSUD Al Ihsan Adalah Barang Bukti Korupsi

Menanggapi kritik yang datang bertubi-tubi, Dedi Mulyadi memberikan klarifikasi melalui video di akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71. Ia menyebut bahwa rumah sakit tersebut merupakan barang bukti dalam kasus korupsi Yayasan Al Ihsan yang telah diputus Mahkamah Agung pada 2023.

“Hari ini saya bahkan dianggap anti-Islam hanya karena perubahan nama rumah sakit. Tapi yang paling keras mengkritik justru datang dari luar Jawa Barat, seperti Jakarta,” ujar Dedi dalam video tersebut.

Ia mempertanyakan mengapa para kritikus justru diam saat nama Al Ihsan digunakan dalam praktik korupsi oleh yayasan yang dulu mengelola rumah sakit tersebut.

“Kenapa saat nama Al Ihsan yang sangat sakral itu digunakan untuk tindak pidana korupsi, para aktivis atau orang-orang yang sangat mencintai agama itu kok diam saja waktu itu?” ujarnya.

Seruan Menjaga Identitas Islam-Sunda

Sebagai penutup, Kang UAS menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara nilai-nilai Islam dan budaya Sunda yang telah lama menjadi bagian dari identitas masyarakat Jawa Barat.

“Kami bangga menjadi Muslim, kami bangga menjadi orang Sunda. Kami akan menjaga tanah Pasundan dari perilaku dan kebijakan yang mencederai ajaran Islam yang selama ini dianut secara teguh oleh masyarakat Sunda,” pungkasnya.

Editor : Agung Bakti Sarasa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut