get app
inews
Aa Text
Read Next : Komunitas Ojol Bandung Tolak Penurunan Komisi Jadi 10 Persen, Ini Alasannya

Komunitas Ojol Bandung Dukung Komisi 20 Persen, Nilai Sistem Masih Menguntungkan Driver

Minggu, 20 Juli 2025 | 11:46 WIB
header img
Ilustrasi Komunitas Ojol. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Empat Komunitas Ojek Online (Ojol)  di Bandung menyatakan dukungan penuh terhadap skema komisi 20 persen yang selama ini diberlakukan oleh perusahaan aplikator.

Empat komunitas ojo tersebut, yakni Barrisa, Baraya Batim Bikers (BBB) dan  D.A.D Bandung deGenerasi Online Independen Bandung (GOIB). 

Menurut keempat ojol bahwa potongan komisi sebesar 20 persen tidak menjadi persoalan selama sistem berjalan baik dan mitra pengemudi mendapatkan manfaat langsung dari perusahaan aplikator. 

Ketua Umum Komunitas Barrisa, Ahmad Djuwendi menegaskan bahwa potongan komisi bukanlah masalah selama mitra tetap mendapatkan pesanan yang stabil dan perhatian dari pihak aplikator terus berjalan.

"Selama ini kami masih bisa hidup dari orderan harian, dan sistem komisi 20 persen masih bisa kami terima. Itu adalah bentuk pembagian yang wajar, karena kami juga mendapat perlindungan berupa asuransi, akses ke layanan pelanggan, serta program-program GrabBenefits yang sangat membantu," ujar Ahmad dalam keterangan tertulisnya, Minggu (20/7/2025).

Komunitas Barrisa sendiri terdiri dari 45 pengemudi aktif yang masih setiap hari bekerja di jalanan Kota Bandung. Menurut Ahmad, banyak pengemudi yang justru terbantu dengan adanya sistem insentif dan dukungan komunitas yang dibiayai dari model komisi yang berlaku saat ini.

Senada dengan itu, Ketua Umum Baraya Batim Bikers (BBB), Hendry menyatakan komunitas besar yang menaungi lebih dari 600 driver Grab di wilayah Bandung dan sekitarnya, menekankan bahwa sistem saat ini telah menciptakan ekosistem yang stabil bagi semua pihak.

"Komisi 20 persen bukan beban, tapi bagian dari model bisnis yang saling menguntungkan. Kami mendapatkan jaminan keamanan kerja, bantuan hukum ketika dibutuhkan,dan kejelasan sistem yang membuat kami bisa tenang bekerja," kata Hendry.

la juga menyoroti bahwa banyak narasi yang berkembang soal ketidakadilan sistem seringkali datang dari pihak-pihak yang sudah tidak lagi aktif sebagai pengemudi, sehingga kurang memahami situasi terkini di lapangan.

Pandangan serupa disampaikan oleh Ketua Umum D.A.D Bandung,Ardi Iswanto, Menurut Ardi, sistem komisi bukan hanya soal potongan angka dari pendapatan, melainkan bentuk kontribusi yang dikelola kembali untuk mendukung keberlangsungan ekosistem transportasi daring.

"Selama ini dana komisi itu kembali ke mitra dalam bentuk pelatihan berkala, kegiatan komunitas, layanan tanggap darurat, dan reward bagi driver berprestasi. Semua itu hanya mungkin ada jika perusahaan punya struktur finansial yang stabil. Potongan 10 persen bisa mengancam semua fasilitas itu," jelas Ardi.

Dari komunitas Generasi Online Independen Bandung (GOIB), yang memiliki anggota aktif sebanyak 244 driver, Rizky Januar Saputra juga menegaskan bahwa pengemudi online lebih membutuhkan kepastian sistem daripada janji potongan yang belum tentu menguntungkan dalam jangka panjang.

“Yang kami butuhkan adalah kestabilan platform. Selama aplikator bisa menjamin asuransi,program insentif, perlindungan hukum, dan pesanan tetap lancar, maka komisi 20 persen tidak jadi masalah. Bahkan, kami mendukung semua itu agar keberlangsungan ekosistem ini tetap terjaga," ujar Rizky.

Keempat komunitas tersebut juga menyampaikan kritik terhadap adanya narasi yang mengatasnamakan seluruh driver online, padahal tidak semua dari mereka aktif menjalani profesi ini. 

Pernyataan tersebut mereka sampaikan secara tertulis kepada Kementerian Perhubungan sebagai bentuk sikap resmi dan kolektif dari driver-driver aktif di Bandung.

Mereka berharap Kementerian Perhubungan tidak hanya mengacu pada aspirasi yang viral di media sosial, melainkan membuka ruang diskusi yang lebih dalam dengan paramitra aktif yang bekerja setiap hari.

"Jangan sampai suara-suara yang sudah tidak lagi merasakan kerasnya jalanan lebih didengar daripada kami yang masih narik dari pagi sampai malam. Kebijakan harus lahir dari realita,bukan opini," kata Rizky menambahkan.

Dalam pernyataan bersama yang dikirimkan kepada pemerintah, keempat komunitas itu juga menyatakan kekhawatiran jika penurunan komisi dilakukan tanpa kajian mendalam. 

Mereka menyebut, perubahan seperti itu bisa berdampak langsung pada sistem insentif, layanan satgas bantuan, program komunitas, dan dukungan operasional lainnya yang selama ini menjadi penopang utama bagi pengemudi.

“Kalau perusahaan tidak lagi bisa membiayai layanan yang menunjang kerja kami, maka kami juga yang akan paling terdampak. Jangan sampai semangat membantu driver justru membuat sistemnya runtuh," ujar Ardi Iswanto.

Mereka berharap agar Kementerian Perhubungan bersikap adil dan mengedepankan pendekatan berbasis data dan dialog terbuka. Aspirasi para mitra aktif, yang telah berkontribusi menjaga ekosistem transportasi digital tetap berjalan selama ini, perlu menjadi rujukan utama dalam setiap kebijakan.

"Potongan komisi 20 persen mungkin terlihat besar diatas kertas. Tapi kami hidup dari kenyataan, bukan dari angka semata. Dan kenyataannya, sistem ini masih layak, manusiawi,dan mendukung kesejahteraan kami,” demikian bunyi penutup dalam pernyataan sikap empati komunitas ojol Bandung tersebut. (Bas)

Editor : Abdul Basir

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut