Mark O’dea Sebut Batik Tradisional Malaysia, Netizen Indonesia Angkat Suara

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Komentar dari kreator konten Malaysia-Inggris, Mark O’dea, saat menghadiri promosi film The Fantastic Four: First Steps memicu diskusi hangat di kalangan pengguna media sosial Indonesia. Dalam wawancara tersebut, Mark menyebut batik sebagai bagian dari "budaya tradisional Malaysia."
Pernyataan itu segera menimbulkan gelombang kritik, terutama dari warganet Indonesia yang menilai ucapan tersebut kurang tepat karena tidak menyebutkan akar sejarah batik yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia.
Menanggapi reaksi tersebut, Mark memberikan penjelasan melalui akun Instagram-nya @markodea8. Ia menegaskan bahwa ia tidak bermaksud mengklaim kepemilikan batik.
“Batik memang sudah lama dikenal di Malaysia. Saya tidak pernah menyatakan bahwa Malaysia adalah pemiliknya,” tulis Mark.
Ia juga menyampaikan bahwa kehadirannya di acara pemutaran film tersebut bukan sebagai perwakilan resmi dari negara mana pun. “Saya kebetulan sedang berada di Sydney saat acara berlangsung. Saya mencoba masuk, dan beruntung bisa bertemu para pemain filmnya,” tambahnya.
Batik dan Akar Budaya Jawa
Meski telah memberikan klarifikasi, banyak warganet Indonesia tetap menyampaikan pendapat mereka. Akun @idcham, misalnya, menyoroti bahwa istilah "batik" berasal dari bahasa Jawa dan seharusnya dihormati sebagai warisan budaya Indonesia.
Senada dengan itu, akun @laskalabatik mengingatkan bahwa batik telah diakui secara internasional oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda milik Indonesia sejak tahun 2009.
Namun, tak sedikit pula yang memilih meredakan ketegangan. Seorang pengguna bernama @dzrfnn menyampaikan bahwa Mark tidak melakukan klaim kepemilikan, hanya menyebutkan batik sebagai bagian dari tradisi di Malaysia.
“Budaya seperti batik bisa berkembang lintas batas negara. Apresiasi bukan berarti perebutan. Kita harus membuka ruang untuk saling menghargai, bukan membatasi,” tulisnya.
Refleksi Budaya dan Kesadaran Sejarah
Perdebatan yang muncul dari pernyataan tersebut menjadi pengingat penting bahwa memahami asal-usul budaya sangatlah krusial. Tanpa pemahaman sejarah yang mendalam, penghargaan terhadap budaya bisa disalahartikan sebagai bentuk klaim.
Batik bukan hanya kain bermotif indah, tetapi juga simbol peradaban, warisan leluhur, dan identitas bangsa. Melestarikannya berarti menjaga sejarah tetap hidup di tengah arus globalisasi budaya.
Editor : Agung Bakti Sarasa