Rumah Rapuh Jadi Istana: Kisah Ibu Nunung dan Kepedulian Bos Koi Hartono Soekwanto

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Senyum haru tak bisa disembunyikan dari wajah Ibu Nunung, warga RW 08 Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. Setelah puluhan tahun tinggal di rumah tua peninggalan orang tua yang nyaris roboh, akhirnya pada Selasa (21/8/2025) ia bisa bernapas lega. Rumah yang selama ini ia tempati bersama keluarga resmi direnovasi melalui program bedah rumah yang digagas pengusaha yang akrab disapa Bos Koi Hartono Soekwanto, bersama TNI dan Pemerintah Kota Bandung.
“Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. Telah didatangkan malaikat yang sangat baik. Terima kasih Pak Harun (perwakilan DKM), terima kasih Pak Tedi (perwakilan Secapa AD), terima kasih semua. Bapak-bapak TNI juga, makasih sudah membangun rumah saya,” tutur Ibu Nunung dengan mata berkaca-kaca.
Hunian yang ditempati keluarga kecil Ibu Nunung sejatinya adalah rumah warisan berusia lebih dari setengah abad. Meski sudah dua dekade ditinggali, kondisi bangunan kian memperihatinkan—atapnya bocor, lantai retak, hingga dinding rapuh termakan usia.
“Kalau dulu kena angin kencang saja sudah terasa bergoyang. Rumah ini memang sudah sangat butut,” kenangnya. Selama proses perbaikan, ia bersama suami dan tiga anaknya terpaksa menumpang di rumah kerabat.
Kini, wajah rumah itu benar-benar berubah. Lantai keramik baru terpasang, dinding kokoh berdiri, jendela serta pintu pun diganti. “Semua beda. Tadinya jelek, sekarang alhamdulillah sudah layak huni,” ucapnya penuh rasa syukur.
Bagi Ibu Nunung, rumah barunya bukan sekadar bangunan, tetapi jawaban doa panjang yang dipanjatkannya selama bertahun-tahun.
“Namanya orang, kadang dipandang sebelah mata gara-gara tempat tinggal. Bahasa kasarnya pangbututna. Tapi saya selalu mengelus dada, berdoa, dan alhamdulillah Allah kabulkan doa itu,” ungkapnya lirih.
Pemilihan rumahnya sebagai penerima program renovasi pun berawal dari usulan pengurus RW. Meski sempat ada warga yang merasa lebih berhak, Ibu Nunung tetap menerima keputusan dengan hati lapang.
Sosok Hartono Soekwanto atau yang dikenal sebagai Bos Koi menjadi salah satu motor penggerak lahirnya program ini. Ia mengaku, semangat berbagi lahir dari pengalaman pribadinya di masa lalu.
“Dulu saya juga pernah dalam posisi kurang beruntung. Doa orang susah itu mirip-mirip. Jadi ketika kita lebih mampu, kenapa tidak berbagi? Dengan memberi kebahagiaan kepada orang lain, kita juga akan diberi kebahagiaan oleh Yang Maha Kuasa,” ujarnya.
Bagi Hartono, renovasi rumah Bu Nunung bukan sekadar proyek kecil, melainkan bentuk nyata kepedulian sosial. “Sebenarnya ini juga pesan dari Pak Wali Kota Farhan. Beliau ingin mengumpulkan pengusaha untuk bersama-sama merenovasi rumah masyarakat. Tapi mengumpulkan pengusaha tidak gampang. Jadi saya bilang, ‘Kita mulai dulu aja. Yang dekat rumah dulu’,” tambahnya.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meski berhalangan hadir langsung, tetap memantau jalannya renovasi sejak awal. Dalam kesempatan syukuran, ia menyampaikan harapannya.
“Mudah mudahan ini bisa menjadi contoh teladan pak Hartono terimakasih. Bahwa warga Bandung tidak ada yang menyendiri semuanya berbarengan,” ujar Farhan.
Presenter sekaligus publik figur Irfan Hakim yang turut hadir pun menyampaikan apresiasinya. “Ini prakarsa dari pak wali disambut dan disupport oleh orang-orang baik. Mudah-mudahan langkah berikutnya banyak orang baik yang melakukan kebaikan,” katanya.
Program bedah rumah ini diharapkan menjadi awal dari gerakan sosial yang lebih luas di Kota Bandung. Hartono menegaskan bahwa langkah kecil ini adalah bagian dari upaya menggugah pengusaha agar turut serta membangun rumah layak bagi masyarakat kurang mampu.
Bagi Ibu Nunung, rumah baru ini jauh lebih dalam maknanya. Bukan hanya sekadar tembok kokoh atau lantai mengilap, tetapi simbol keberkahan. “Kalau Allah kasih lewat orang-orang baik, itu artinya doa-doa saya selama ini terjawab. Alhamdulillah,” ungkapnya penuh haru.
Kini, bersama keluarga kecilnya, ia menatap masa depan dengan lebih optimistis. Sebuah rumah sederhana yang berdiri kokoh, lahir dari gotong royong, kepedulian, dan kasih sayang.
Editor : Agung Bakti Sarasa