Dedi Mulyadi Soroti Rendahnya Kepekaan Kepala Desa

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengkritik sikap sebagian kepala desa yang dianggap kurang peka terhadap kondisi masyarakatnya. Ia menilai, banyak persoalan sosial di tingkat desa muncul karena aparatur tidak peduli pada kebutuhan warga.
Saat ditemui di Gedung Sate, Selasa (26/8/2025), Dedi menegaskan pentingnya keterbukaan para kepala desa dalam menampung aspirasi masyarakat.
“Kepala desa itu harus mulai peka terhadap lingkungan, kemudian terbuka terhadap keluhan warga. Berbagai problem yang muncul saat ini kan akibat tidak pekanya terhadap urusan masyarakat,” ujar Dedi.
Sebagai gambaran, Dedi menyinggung peristiwa meninggalnya seorang anak bernama Raya di Sukabumi. Dari hasil pertemuan dengan orang tua Raya, ia menemukan fakta yang memprihatinkan. Sang ayah, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat kepala desa, menderita bronkitis, sementara istrinya mengidap TBC. Sayangnya, keduanya tidak pernah mendapatkan perawatan.
“Sekarang masa mijitin Pak Kades setiap hari, kemudian bapaknya Raya itu kena bronkitis, ibunya kena TBC, kok nggak sampai diobatin. Kalau bicara tidak ada uang untuk berobat, kan saya sudah membuka diri. Udah lapor Gubernur ditanganin, kan nggak ada masalah,” tuturnya.
Menurut Dedi, kondisi tersebut menunjukkan lemahnya kepekaan sosial aparat desa. Padahal, kesehatan warga mestinya menjadi prioritas utama.
Selain soal kepedulian, Dedi juga mengungkap kegelisahannya terhadap hilangnya tokoh panutan di pedesaan.
“Desa itu kehilangan tokoh loh sekarang. Tokoh yang ngerti lingkungan, pertanian, kehutanan, tata bangunan, tata ruang, sampai tokoh adat tuh hilang dari desa hari ini,” jelasnya.
Ia kemudian membandingkan dengan generasi terdahulu yang mampu membangun infrastruktur desa dengan semangat gotong royong, tanpa bergantung pada anggaran besar.
“Bayangin aja orang tua kita dulu bisa membuat sawah di desa-desa tanpa anggaran, bisa membangun jalan tanpa anggaran, bisa membuat selokan tanpa anggaran. Nah sekarang yang sudah ada anggarannya, kenapa kalah sama tokoh-tokoh dulu?” tegas Dedi.
Bagi Dedi, membangkitkan kembali peran tokoh desa merupakan kunci pembangunan yang berkelanjutan. Ia menilai pembangunan tidak bisa semata-mata bergantung pada dana, melainkan juga kepemimpinan dan teladan.
“Sehingga sekarang di desa harus dihidupkan kembali ketokohan, yang tokoh itu menjadi inspiratif pembangunan,” pungkasnya.
Editor : Agung Bakti Sarasa