Pengamat Beberkan Alasan Logis Pemecatan Patrick Kluivert

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Tim Nasional Indonesia, bersama jajaran pelatih asal Belanda, mendapat tanggapan dari pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni.
Menurut pria yang akrab disapa Bung Kus, langkah ini merupakan konsekuensi wajar atas kegagalan Kluivert memenuhi ekspektasi besar publik terhadap performa Timnas.
Dalam enam pertandingan resmi yang dipimpin Kluivert, Timnas hanya mencatat dua kemenangan. Minimnya peningkatan kualitas permainan juga menjadi alasan utama pemutusan kontrak tersebut.
“Pemberhentian Kluivert dan jajaran pelatih asal Belanda tidak mengagetkan. Bisa dikatakan ini merupakan konsekuensi logis dari hukum sepak bola,” ujar Bung Kus saat dihubungi, Kamis (16/10/2025).
Bung Kus juga menilai waktu kedatangan Kluivert ke Indonesia kurang ideal, karena terjadi saat Timnas tengah berada dalam fase penting menuju Piala Dunia. Di sisi lain, ia menggantikan pelatih sebelumnya yang cukup populer dan dinilai sukses membawa kemajuan.
“Kluivert datang ke Timnas Indonesia pada momen yang kurang tepat. Ia datang saat timnas sedang dalam fase yang sangat krusial menuju Piala Dunia. Dan ia tidak punya cukup pengalaman kepelatihan maupun manajerial menghadapi situasi kritis seperti itu,” jelasnya.
Ekspektasi tinggi dari masyarakat pun tidak mampu dipenuhi. Secara statistik, torehan dua kemenangan dari enam laga resmi dianggap jauh dari harapan.
“Sayangnya Kluivert gagal memenuhi ekspektasi publik itu. Secara prestasi, ia cuma mempersembahkan dua kemenangan dari enam laga resmi. Tidak meyakinkan,” tegasnya.
Dari sisi permainan, Bung Kus mengkritik kurangnya perubahan signifikan di bawah asuhan Kluivert. Ia menilai permainan Timnas masih menghadapi persoalan klasik seperti lini depan yang tumpul, kreativitas yang minim, serta kesalahan individu yang sering terjadi.
“Secara permainan, Kluivert juga tidak mampu memberi warna baru atau meningkatkan level permainan timnas. Bisa dibilang, di tangan Kluivert timnas masih berkutat di lubang yang sama: kurang tajam, kurang kreatif, dan sering bikin kesalahan sendiri,” terangnya.
Selain itu, Kluivert dinilai kerap melakukan eksperimen taktis yang tidak efektif. Salah satunya adalah perubahan formasi dari 3-4-3 ke 4-2-3-1, yang tidak memberikan dampak positif terhadap hasil pertandingan.
Secara keseluruhan, Bung Kus menilai kegagalan ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman Kluivert terhadap karakter Timnas dan sepak bola Indonesia.
“Secara umum, saya menilai Kluivert tidak cukup mendalam pemahamannya tentang timnas dan sepak bola Indonesia. Mungkin karena ia kurang sering berada di Indonesia. Kekurangpahaman itu yang membuat banyak keputusannya kurang akurat. Lalu berujung pada hasil-hasil yang mengecewakan,” katanya.
Ia menegaskan bahwa keputusan PSSI untuk memberhentikan Kluivert adalah langkah yang masuk akal, sekaligus menjadi pelajaran penting bagi federasi agar lebih cermat ke depannya.
“Jadi, pemberhentian Kluivert sama sekali tidak mengagetkan. Ini sekaligus menjadi pelajaran mahal bagi PSSI agar lebih bijak, semakin hati-hati, dan mau mendengar masukan publik (bukan hanya segelintir orang) dalam membuat keputusan yang sangat penting,” tandasnya
Editor : Agung Bakti Sarasa