Jazz Night Bandung: Nada Empati untuk Para Penyintas Autoimun Indonesia
Marisza mengungkapkan, kebanyakan penyintas autoimun adalah perempuan usia produktif yang sering kali kehilangan waktu berharga dalam hidupnya karena penyakit ini.
“Saya pun penyintas. Dulu hanya bisa beraktivitas 4–5 jam per hari. Tapi dengan pola hidup sehat dan pengobatan yang tepat, kini saya sudah remisi,” tutur Marisza dengan senyum penuh syukur.
Ia menambahkan, di Amerika Serikat, autoimun telah menempati posisi ketiga penyakit paling mematikan. Fakta itu menjadi alarm bagi Indonesia untuk lebih serius dalam memahami dan menangani penyakit autoimun, baik dari sisi medis maupun dukungan sosial.
Lewat Jazz Night, MCF tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi publik tentang pentingnya kesadaran terhadap penyakit ini. Musik menjadi jembatan antara pengetahuan dan rasa empati menyatukan penyintas, keluarga, dan masyarakat umum dalam satu ruang kebersamaan.
Di sela acara, Wali Kota Bandung M. Farhan turut menyampaikan apresiasinya atas inisiatif MCF. “Awalnya saya pikir ini sekadar acara jazz club, tapi ternyata isinya adalah orang-orang yang peduli dan fokus mengedukasi masyarakat. Saya sangat berbahagia,” ujarnya.
Editor : Rizal Fadillah