get app
inews
Aa Text
Read Next : ITB-Uncen Perkuat Kolaborasi untuk Pembangunan Kawasan Transmigrasi Terintegrasi di Lokus Prafi

Mitigasi Konflik Kesehatan di Kawasan Transmigrasi Prafi, Tim Ekspedisi ITB Gelar Lokakarya

Kamis, 20 November 2025 | 07:00 WIB
header img
Tim Ekspedisi ITB untuk Patriot Lokus Prafi sukses menggelar lokakarya peningkatan kapasitas kader kesehatan melalui edukasi kefarmasian sebagai salah satu rekomendasi mitigasi konflik kesehatan, Rabu(19/11/2025).

MANOKWARI, INEWSBANDUNGRAYA.ID -- Tim Ekspedisi ITB untuk Patriot Lokus Prafi sukses menggelar lokakarya peningkatan kapasitas kader kesehatan melalui edukasi kefarmasian sebagai salah satu rekomendasi mitigasi konflik kesehatan, Rabu(19/11/2025).

Kegiatan yang berlangsung di Aula Kantor Distrik Prafi ini dihadiri lebih dari 50 kader kesehatan dari Puskesmas Prafi, Masni, Sidey, Mowbja, dan Macuan. Hadir pula perwakilan puskesmas, terutama bidan koordinator atau tenaga kesehatan bagian promosi kesehatan yang selama ini membina dan mengoordinasikan kader di wilayah masing-masing.

Acara dibuka oleh Ketua Tim Ekspedisi Patriot apt. Yangie Dwi Marga Pinanga, M.Sc., Ph.D., dosen Sekolah Farmasi ITB. Dalam sambutannya apt. Yangie menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi ITB dan Universitas Cenderawasih (Uncen) yang telah melakukan penelitian lebih dari dua bulan di kawasan transmigrasi Prafi. Lokakarya ini dirancang sebagai tindak lanjut temuan Focus Group Discussion (FGD) pada 23 Oktober 2025 lalu terkait berbagai persoalan konflik kesehatan yang muncul di masyarakat.

“Salah satu persoalan utama adalah keterbatasan tenaga kesehatan dan akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan, yang membuat warga sering bergantung pada sumber informasi informal. Kondisi ini memicu munculnya beberapa bentuk konflik kesehatan, meliputi konflik informasi, konflik perilaku kesehatan, konflik akses layanan, dan konflik persepsi risiko,” kata Yangie.

 

Konflik informasi, kata Yangie, terjadi ketika warga menerima informasi yang tidak lengkap atau tidak akurat mengenai kesehatan.  Hal ini kemudian berkembang menjadi konflik perilaku kesehatan.

 

Masyarakat melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri tanpa pemahaman yang benar. Kondisi semakin diperburuk oleh konflik akses layanan, karena sebagian warga tidak memiliki kemudahan menjangkau fasilitas kesehatan. Pada akhirnya, semua faktor tersebut berkontribusi pada konflik persepsi risiko, seperti anggapan keliru dengan melakukan pembelian antibiotik yang tidak rasional, vaksin “menyebabkan sakit”, atau penyakit tertentu dianggap tidak berbahaya”.

Menyadari kompleksitas masalah tersebut, lanjut Yangie, keberadaan kader kesehatan menjadi sangat penting sebagai garda terdepan yang menjembatani masyarakat dengan tenaga kesehatan. “Kader berperan menyampaikan informasi yang benar, membantu meluruskan misinformasi, serta mendorong perubahan perilaku kesehatan karena kedekatan mereka dengan warga. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas kader melalui edukasi kefarmasian dipandang sebagai langkah strategis dalam mitigasi konflik kesehatan,” kata Dosen Sekolah Farmasi ITB ini.

Acara  ihadiri dan secara resmi dibuka oleh Sekretaris Distrik Prafi. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan pengembangan SDM seperti ini dan berharap edukasi-edukasi yang relevan terhadap permasalahan masyarakat di kawasan transmigrasi dapat terus dilakukan,” ujarnya.

Sesi materi menghadirkan narasumber dari puskesmas yang memahami langsung kondisi lapangan. Materi pertama bertajuk Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan Melalui Edukasi Swamedikasi untuk Mencegah Konflik Kesehatan di Masyarakat disampaikan oleh Indah Paramitha Kasim, S.Farm., Apt., Penanggung Jawab Farmasi UPDT Puskesmas Mowbja.

Materi ini menekankan pentingnya kemampuan kader dalam membimbing masyarakat melakukan swamedikasi yang benar. Materi kedua, Peran Edukasi Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang (DAGUSIBU) dalam Penguatan Layanan Kefarmasian dan Mitigasi Konflik Kesehatan di Kawasan Transmigrasi, disampaikan oleh Aprhahminati Musyorofah, S.Farm., Penanggung Jawab Farmasi UPDT Puskesmas Macuan.

Setelah sesi pemaparan, peserta mengikuti pelatihan praktis. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok dan didampingi oleh petugas puskesmas untuk mempelajari cara mengidentifikasi informasi obat menggunakan lembar kerja serta contoh kemasan obat. Melalui praktik langsung ini, para kader dilatih agar mampu menyampaikan edukasi swamedikasi secara tepat, aplikatif, dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Selain itu, para kader juga dibekali Buku Kader Kesehatan Mitra Apoteker serta Buku Tata Cara Pembuangan Obat yang Baik dan Benar sebagai referensi dalam memberikan edukasi ke masyarakat tempat tinggalnya.

Dengan meningkatnya kemampuan kader dalam memahami dan menyampaikan informasi kesehatan yang benar, risiko terjadinya konflik kesehatan dapat diminimalkan. Kader yang terlatih diharapkan mampu membantu mencegah misinformasi dan penggunaan obat yang tidak tepat, sekaligus memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat di kawasan transmigrasi Prafi.***

 

Editor : Ude D Gunadi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut