Dorong Digitalisasi Budaya, Ledia Hanifa: Konten Bisa Dimulai dari Hal Kecil
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amaliah menegaskan pentingnya menghadirkan budaya lokal ke dalam ruang digital sebagai langkah strategis untuk memajukan kebudayaan di Indonesia.
Pesan tersebut disampaikan Ledia dalam kegiatan bertajuk Silaturahmi Affiliator TikTok; Konten Digital Budaya – Budaya Lokal dalam Ekspresi Digital yang digelar di Kota Cimahi, Sabtu (22/11/2025).
Menurutnya, dunia digital kini menjadi ruang yang bukan hanya strategis, tetapi juga sangat esensial untuk sosialisasi, edukasi, serta pengembangan berbagai objek kebudayaan di tengah masyarakat yang semakin terhubung secara online.
Ledia menekankan bahwa upaya pelestarian dan pemajuan budaya harus mengikuti perkembangan teknologi.
"Kegiatan semarak budaya kali ini adalah bagaimana mendekatkan objek-objek pemajuan kebudayaan dengan dunia digital," ucap Ledia.
Ia menambahkan, “Bagaimanapun juga, kita perlu terus mensosialisasikan objek-objek kemajuan kebudayaan kita melalui dunia digital ini.”
Ledia menjelaskan bahwa digitalisasi budaya tidak selalu harus diwujudkan dalam program besar atau proyek berskala nasional. Ia justru menilai bahwa konten dapat dimulai dari hal kecil, aktivitas sehari-hari, ataupun unsur budaya yang selama ini tidak disadari sebagai bagian dari identitas lokal.
"Konten-konten yang ingin kita sosialisasikan, kita edukasikan kepada masyarakat, kita buat sedemikian rupa, sehingga mereka kemudian nanti akan berkembang dalam bentuk-bentuk yang bisa divisualisasikan," jelasnya.
Sebagai contoh, ia menyebut budaya terkait penggunaan sampeu (singkong) di Cimahi. Menurutnya, banyak potensi konten edukasi yang dapat dibuat, mulai dari pengolahan, pemanfaatan, inovasi pangan, hingga pendalaman filosofi di balik komoditas tersebut.
“Nah itu jadi bagian yang didalami ya, filosofinya bukan karena dari bahwa tanahnya paling cocok untuk singkong, tapi juga ada hal-hal lain di belakang. Jadi bahan-bahan diskusi atau tidak dialog kita tentang konten-konten itu yang kita bawa ke masyarakat,” katanya.
Ledia menyebut bahwa pilihan menjadikan digital sebagai ruang utama bukan tanpa alasan. Saat ini, masyarakat cenderung menjadikan platform digital sebagai sumber informasi pertama yang mereka akses dan percayai.
"Mengapa digital dipilih? Karena pada saat ini sumber informasi pertama masyarakat adalah dari digital dan informasi pertama itu secara umum dipercaya," tegasnya.
Karena itu, ia menilai tantangan ke depan adalah menciptakan konten budaya yang tidak hanya mudah dijangkau, tetapi juga menarik bagi segmen yang selama ini kurang tersentuh, terutama generasi muda dan anak-anak.
Konten tersebut diharapkan mampu memicu diskusi, mendorong partisipasi, dan menumbuhkan keinginan mereka untuk ikut mengembangkan objek kebudayaan di daerah masing-masing.
“Terkait dengan budaya ini bagaimana menarik dan anak-anak generasi muda untuk terlibat dan juga mereka mau berdiskusi dan juga mau mengembangkan objek-objek pemajuan kebudayaan di wilayah masing-masing,” terangnya.
Selain itu, Ledia menekankan pentingnya kolaborasi lintas wilayah dalam pengembangan budaya lokal melalui ruang digital. Ia menyebut bahwa dukungan dari tingkat nasional sangat mungkin terjadi melalui berbagai bentuk kerja sama.
"Budaya lokal bisa di-support oleh nasional? Bisa," ujarnya.
Menurutnya, dunia digital mempermudah mekanisme kolaborasi tersebut. Kerja sama akan memungkinkan terjadinya saling dukung dan memperluas jangkauan konten yang perlu dikenalkan, dijaga, dan dilestarikan.
Ia menambahkan bahwa inovasi budaya pun dapat lebih mudah dibagikan melalui platform digital, sehingga dapat berkontribusi pada kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan.
Ledia berharap digitalisasi budaya dapat menjaga relevansi warisan budaya lokal di tengah derasnya arus informasi global. Selain dikenal lebih luas, budaya lokal diharapkan terus beradaptasi dan berinovasi.
“Kolaborasi yang lebih mudah di dunia digital adalah dengan mekanisme-mekanisme kerja sama yaitu saling support saling meluaskan konten-konten yang memang perlu dikenali, perlu dijaga, perlu dipelihara dan barangkali ada inovasi-inovasi baru yang bisa saling berbagi, baik untuk pengembangan budaya Indonesia,” tandasnya.
Editor : Agung Bakti Sarasa