BANDUNG, INEWS. ID - Seiring kebijakan pemerintah yang kembali melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat, sektor bisnis di Bandung kembali bergeliat, tak terkecuali bisnis fesyen muslim. Momentum ini dimanfaatkan para pelaku industri fesyen muslim Bandung untuk memaksimalkan potensi pasar yang ada dengan terus berinovasi dalam segi produk hingga memperluas pasar dengan menggelar event seperti pameran.
Trini Midiati Yuniar, pelaku bisnis fesyen muslim merasakan betul potensi bisnis di sektor yang digelutinya itu. Diakui Trini, pasar industri fesyen muslim masih sangat luas. Bahkan, dia sendiri baru bisa memaksimalkan pasar di Pulau Jawa dan belum mampu menggarap optimal pasar di pulau lain, termasuk pasar mancanegara.
Oleh karenanya, dia pun mengajak pelaku industri fesyen, agar terus optimistis menggarap potensi pasar, termasuk pasar ekspor. "Kami pasar banyak di Pulau Jawa, tapi potensinya masih banyak. Di pulau lain sama, di luar negeri juga apalagi. Brunei, Malaysia, Dubai marketnya besar, peluangnya masih banyak, Indonesia juga belum kita garap semua," tandasnya.
Melalui brand miliknya bernama Deenay, dia sudah bergelut dan merasakan asam garam industri fesyen selama delapan tahun terakhir pascamelepas karir di BUMN.
"Awalnya saya iseng bikin produk di sela kesibukan kerja. Akhirnya, memutuskan resign karena ingin mengembangkan produk sekaligus agar waktu bisa lebih banyak dengan keluarga," tutur Trini dalam event Sewindu Best Moment with Deenay di Ballroom The Trans Luxury Hotel Bandung, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Kamis (26/5/2022).
Menurut Trini, produk Deenay lebih berfokus pada segmentasi perempuan, mulai bagi yang bekerja formal hingga pakaian santai sehari-hari. Corak geometri menjadi ciri khas produknya yang tetap dipertahankan. Dari sisi desain, meski berkiblat pada perkembangan industri fesyen di Paris, namun Trini memastikan bahwa penentuan bahan, warna, dan potongan busana atau hijab disesuaikan dengan karakteristik masyarakat Indonesia.
"Desain kami lebih ke smart casual, nyaman buat daily, ada yang dinamis dan sporty, tapi tentu ada diferensiasi. Ketika brand lain sedang fokus ke corak florist, kami tetap geometrik," katanya.
"Inspirasi tentu kami lihat pusat industri fesyen, katakanlah di Paris, Prancis. Kami sesuaikan saja bahan dan warnanya. Intinya kami punya karakter yang harus dipertahankan di tengah persaingan industri yang dinamis, ada ciri khas," sambung dia menjelaskan.
Selama delapan tahun terakhir bergelut dalam bisnis fesyen, Trini mengakui bahwa periode pandemi COVID-19 merupakan periode yang paling sulit dilewati. Meski begitu, dia pun tetap berupaya menjaga ciri khas brand-nya, termasuk menjaga karyawan dan reseller yang sudah tersebar di hampir seluruh Indonesia.
Dia pun bersyukur karena pandemi COVID-19 kini sudah melandai. Sedikitnya 60 karyawan dan 130 reseller bisa tetap dia jaga. Hubungannya dengan karyawan dan reseller lebih pada pendekatan kekeluargaan, seperti mengadakan pertemuan setahun sekali dan memberi apresiasi beragam hadiah hingga jalan-jalan ke luar negeri kepada mereka.
"Kuncinya ya kami sudah anggap keluarga, semua berperan. Apalagi reseller ini kan sangat penting karena berhubungan langsung dengan end user. Ini mungkin bisa diterapkan oleh pelaku usaha lain," terangnya.
"Setelah pandemi menurun, kami optimits kegiatan bisa kembali normal. Hal yang akan dilakukan adalah terus menjaga sistem penjualan di online maupun offline.
Offline seperti toko ini penting juga untuk menjaga image brand. Insya allah kami akan menambah outlet. Sekarang sudah ada lima, di Jakarta satu, sisanya di Bandung," tutur Trini. Diakui Trini, pasar industri fesyen muslim masih sangat luas. Bahkan, dia sendiri baru bisa memaksimalkan pasar di Pulau Jawa dan belum mampu menggarap optimal pasar di pulau lain, termasuk pasar mancanegara.
Oleh karenanya, dia pun mengajak pelaku industri fesyen, agar terus optimistis menggarap potensi pasar, termasuk pasar ekspor. "Kami pasar banyak di Pulau Jawa, tapi potensinya masih banyak. Di pulau lain sama, di luar negeri juga apalagi. Brunei, Malaysia, Dubai marketnya besar, peluangnya masih banyak, Indonesia juga belum kita garap semua," tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dekranasda Jabar, Lina Marlina Ruzhan menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen membantu para pelaku UMKM, termasuk pelaku bisnis fesyen muslim dalam mengembangkan bisnisnya. "Kami memberikan peluang untuk memberikan pelatihan dan memberikan ruang untuk mereka memamerkan produknya. Para pelaku usaha harus harus berani membuka diri, berani menjawab tantangan, mau berinovasi," katanya. ***
Editor : Ude D Gunadi