BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA - Pasca kebijakan Presiden Joko Widodo yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, petani tembakau di Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjerit.
Mereka mengeluhkan ongkos produksi, terutama biaya pengangkutan, membengkak seiring kenaikan harga BBM. Di sisi lain harga tembakau tidak naik.
Petani asal Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah, KBB, Dedi Sutarya (40) mengatakan, harga tembakau gelondongan di pasaran untuk satu lempeng masih berkisar antara Rp35.000-Rp50.000 per kg. Sedangkan, biaya transportasi untuk menjual tembakau membengkak.
"Sekarang ongkos produksi terutama untuk biaya angkut membengkak akibat BBM naik. Sementara, petani sulit menaikkan harga tembakau karena pembeli kebanyakan adalah warga sekitar," kata Dedi Sutarya, Sabtu (17/9/2022).
Petani tembakau lainnya, Lalan (40) juga mengeluhkan dampak dari kenaikan BBM sejak dua pekan terakhir yang berpengaruh cukup besar. Selain biaya transportasi angkutan barang membengkak, dikhawatirkan bakal diikuti oleh harga pangan lainnya.
Sementara untuk menaikan harga pada konsumen bukan hal gampang. Terlebih, hasil panen tembakau yang dijual selama ini belum diolah dengan kemasan legal. Akhirnya harga jual ditentukan berdasarkan kesepakatan dan bukan karena harga yang berlaku di pasaran.
"Kami kan jualnya dalam bentuk hasil dirajang belum dikemas. Kalau sudah dikemas mungkin harganya bisa jauh lebih mahal," kata Lalan.
Sementara itu, Humas Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) KBB, Yana Iryana (60) menyebut, KBB termasuk salah satu daerah yang cukup potensial dengan pertanian tembakau.
Mereka tersebar di enam kecamatan seperti Kecamatan Cililin, Cipongkor, Gununghalu, Ngamprah, Rongga dan Sindangkerta.
"Sejak kenaikan harga BBM banyak keluhan dari petani tembakau. Harga tembakau masih tetap, tapi biaya transportasi untuk angkut barang naik," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait