Yayat T Soemitra Sebut Penmas Solusi Hadapi Era Industri 4.0 dan Society 5.0

Abbas Ibnu Assarani
Dewan Penasehat IKA UPI Yayat T Soemitra saat memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa, dalam rangka diesnatalis ke-66 tahun jurusan pendidikan (Penmas) UPI Jumat (11/11/2022). (Foto:Istimewa)

BANDUNG,INEWSBANDUNGRAYA.ID - Dewan Penasehat Ikatan Alumni yang juga anggota majelis wali amanah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Yayat T Soemitra memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa S1, S2, dan S3 UPI, dalam rangka Dies Natalis ke-66 Jurusan Pendidikan Masyarakat (Penmas), di auditorium Fakultas Pendidikan UPI, Kota Bandung, Jumat (11/11/2022).

Pada kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa Kang Yayat ini menyampaikan pandanganya akan pentingnya pendidikan masyarakat baik dalam pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga) maupun pendidikan non formal (masyarakat). Menghadapi perkembangan zaman pendidikan masyarakat harus menjadi live education dalam mempersiapkan kompetensi dan keahlian masyarakat.

"Saya sebagai mahasiswa jaman baheula mengajak mahasiswa jaman now yang hadir disini untuk termotivasi supaya memiliki misi  bersama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui prinsip dari oleh dan untuk masyarakat, mahasiswa UPI jurusan pendidikan masyarakat harus bisa mendeteksi persoalan yang sedang dihadapi masyarakat sekaligus mendapatkan solusinya," tuturnya. 

Wakil Bupati Bandung Barat periode 2013-2018 ini menilai, ilmu pendidikan masyarakat yang dipelajari dan kehidupan aktivis kampus yang dijalani ternyata menjadi bekal yang sangat berharga ketika berkiprah pada saat terjun ke masyarakat.

Untuk itu pendidikan masyarakat harus mampu merespons perkembangan jaman dan perkembangan peradaban manusia yang semakin dinamis. Di antaranya adalah lompatan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru yakni industri 4.0 dan society 5.0.

Society 5.0 adalah sebuah konsep yang menempatkan manusia dan teknologi hidup berdampingan. Itu sangat menarik. Menjadi bagian upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara berkelanjutan.

Konsep ini menuntut manusia untuk mampu menghadapi tantangan dan permasalahan hidupnya dengan memanfaatkan inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0.

Untuk mencapai industri 4.0 dan society 5.0, lanjut dia, diperlukan strategi dan solusi. Di antaranya dengan menyinergikan pendidikan masyarakat (penmas) dengan konsep kota pintar (smart city), pendidikan masyarakat menjadi solusi dan strategi untuk mencapai industri 4.0 dan society 5.0. Sebab untuk menunjang kesiapan masyarakat dalam menyongsong era digital tersebut, adalah dengan cara meningkatkan kapasitas dan kompetensi masyarakat.

Terutama menyiapkan menset masyarakat dengan cara melakukan edukasi kepada masyarakat. Sedangkan konsep kota pintar itu sendiri adalah upaya inovatif yang difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup supaya lebih baik dan efisien.

Yayat menyebutkan, ada tiga unsur dalam kota pintar tersebut yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Apabila tiga prasyarat ini terpenuhi baru bisa dikatakan kota pintari. Kota pintar juga harus memiliki enam dimensi yaitu smart government, smart people, smart living, smart economy, smart live, dan smart mobility. Untuk merancang kota pintar harus disusun perencanaan yang melibatkan para pemangku kepentingan atau dikenal dengan istilah kolaborasi triple helix yaitu pemerintah, akademisi, dan dunia usaha.

Masing-masing triple helix tersebut punya tugas dan tangungjawab untuk berkontribusi dalam mewujudkan gagasan kota pintar. Tugas kampus sebagai akademisi diantaranya  melakukan penelitian-penelitian serta mendorong peningkatan kapasitas masyarakat.

"Misalnya mendorong masyarakat untuk melek digital melalui e-literasi atau literasi digital supaya masyarakat bisa terlibat dalam kota pintar," ucap Mustasyar PC NU KBB ini.

Menurutnya, peran kampus dalam perencanaan kota pintar yang mewakili peran akademisi dalam triple helix tadi, harus memberikan edukasi kepada masyarakat. Melalui penyelengaraan pendidikan masyarakat, sehinga akan sesuai link and match-nya dengan kebutuhan kota pintar. 

"Sementara akademisi akan menyinkronkan kondisi masyarakat dan sekaligus merealisasikan masterplan yang sudah disusun dalam kota pintar tersebut sehingga masyarakat ditempatkan sebagai subjek sekaligus objek dalam konsep kota pintar," kata Yayat. (*)

Editor : Abdul Basir

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network