"Sedangkan dalam trading, kamu tidak boleh terpengaruh dari sisi psikologis, baik ketika harga melonjak sifat tamak yang muncul atau saat harga turun takut berlebihan," beber Cenli.
Cenli menekankan, tantangan terbesar seorang trader adalah ego diri sendiri, bagaimana bisa melihat market secara objektif, dan mengendalikan rasa takut dan tamak saat melihat harga. Untuk menjadi seorang trader yang konsisten di market, itu bukan dari luar tapi dalam diri sendiri jadi pastikan menanamkan mindset yang tepat saat menjadi seorang trader.
"Bicara soal trading, saat ini sudah menjadi kegiatan yang dekat dengan aktivitas para milenial. Bagaikan bayang-bayang, trading selalu mengikuti keseharian milenial dan Gen Z Indonesia ketika bermedia sosial," ucapnya.
Berdasarkan hasil survey situs manajemen Evenbrite, 69% Milenial terpengaruh oleh fenomena Fear Of Missing Out atau ketakutan akan ketinggalan trend di dalam masyarakat. Milenial cenderung tertarik dengan mudahnya mendapatkan penghasilan besar, dan dorongan publik figure yang menjadi panutannya.
Mayoritas milenial Indonesia, cenderung hanya sekedar ikut-ikutan teman, sekedar coba-coba hingga tergiur untuk mengambil keputusan berisiko tanpa berfikir panjang yang berakhir kerugian yang disebabkan mengikuti trading tanpa riset. Jika, dibiarkan terus-menerus dapat mengakibatkan resiko yang lebih tinggi untuk mendekati kegagalan.
"Melihat maraknya, promosi aplikasi trading berbasis aplikasi yang sering terlihat di media sosial. Tidak, salah jika lebih menarik minat para millenia dan Gen-Z sebagai pengguna mayoritas media sosial," kata Cenli.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait