BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Ridwan Kamil baru mengumumkan bergabung dengan partai politik ketika jabatannya sebagai Gubernur Jawa Barat akan segera berakhir. Keputusan Ridwan Kamil ini dinilai sebagai dari strategi politik.
Begitu dikatakan pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin saat dihubungi, Selasa (24/1/2023).
"Politik itu kalkulasinya di ujung last minute, kalau di awal terbaca, di akhir kan enggak," kata Ujang.
Menurut Ujang, Ridwan Kamil memang saat itu masih butuh Nasdem sebagai tandem politiknya di Jawa Barat. Namun saat masa jabatannya tinggal beberapa bulan, RK tidak butuh itu.
"Akhirnya meninggalkan Nasdem," ujar Ujang.
Ujang menilai, Golkar bisa jadi pelindung bagi mantan Wali Kota Bandung itu untuk mengamankan tiket dan perahu cawapres. Oleh kaenanya, setahun jelang tahun politik waktu yang tepat RK mengumumkan sudah berbaju Golkar.
"Saya melihat politisnya main diujung atau main di akhir, agar langkah-langkah politiknya tidak terlalu terbaca dari awal," jelas Ujang.
Di mata Ujang, elektabilitas RK sebagai cawapres cukup lumayan. Hanya saja, elektabilitas itu diperoleh RK berdasarkan pencitraan.
"Saya sih melihatnya RK sulit menjadi cawapres, konsisten sesuai pengamatan saya kemungkinan akan maju jadi gubernur lagi di Jabar, kedua kalinya dari Golkar, dulu dari Nasdem," beber Ujang.
Alasan dipilihnya Golkar karena beberapa partai dianggap sudah dikecewakan RK. Gerindra dan PKS yang paling pertama saat mengusung RK menjadi Wali Kota Bandung.
Selanjutnya Nasdem yang pertama kali mengumumkan mendukung dan mengusung RK sebagai Gubernur Jabar.
"Gerindra pernah kecewa ketika wali kota, PKS juga ketika jadi wali kota, Nasdem kecewa ketika jadi gubernur, maka pilihannya Golkar karena RK mendapatkan tiket dan perahu itu," ucap Ujang.
"Soal elektabilitas untuk nasional, saya meragukan untuk itu, cawapres apalagi," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait