Cak Nur mengatakan maka Hadis di atas dapat dirujuk sebagai sebuah ilustrasi tentang apa yang dikatakan Prof Mukti Ali itu, dan di situ nampak bahwa Nabi SAW justru lebih peka pada masalah-masalah sosial yang lebih substantif daripada masalah-masalah formal keagamaan semata yang simbolik.
Keluhuran Budi Cak Nur mengingatkan bahwa tujuan tugas suci atau risalah diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran budi. Sabda nabi yang amat terkenal, "Innama bu'its-tu li-utammim-a makarim-a 'l-akhlaq-i. (Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran budi)."
"Sejalan dengan ini Nabi juga menggambarkan bahwa di antara semua kualitas manusia, tidak ada yang timbangan atau bobot nilai kebaikannya lebih erat daripada budi pekerti luhur," ujar Cak Nur. Rasulullah SAW bersabda: "ma min syay-in fi 'il-mizan-i atsqal-u min husn-i 'l-khulaq-i- ("Tiada sesuatu apapun yang dalam timbangan (nilainya) lebih berat daripada keluhuran budi").
Lalu beliau gambarkan bahwa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga ialah takwa kepada Allah dan keluhuran budi. Sebuah Hadits otentik, "Aktsar-u mayudkhil-u 'l-jannat-a taqwa 'l-Lah-i wa husn-u 'l-khuluq-i "Yang paling banyak memasukan orang ke dalam surga ialah takwa kepada Allah dan keluhuran budi".
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait