Daftar Nama Kepala Daerah hingga Birokrat yang Laris Manis di Cagub-Cawagub Jabar 2024

Rizal Fadillah
Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Menjelang Pilkada 2024, panggung politik mulai ramai dengan sejumlah nama yang digadang-gadang menjadi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur (Cagub-Cawagub) Jawa Barat 2024.

Beberapa nama diantaranya ada yang berlatar belakang kepala daerah, elit birokrasi, elit partai politik (parpol), hingga figur populer non-parpol.

Hal itu muncul berdasarkan hasil survei yang dilakukan Politics Research and Consulting (IPRC) dalam periode April 2023 untuk kandidat alternatif Cagub-Cawagub Jawa Barat 2024.

Untuk kandidat alternatif Cagub Jabar 2024, dalam simulasi 10 nama, Dedi Mulyadi mencatatkan elektabilitas 46 persen dan berpeluang menjadi calon alternatif bilamana Ridwan Kamil tidak turut bertarung dalam konstelasi Pilgub Jabar 2024. 

Di bawah Dedi Mulyadi, ada nama Dede Yusuf dengan elektabilitas 14,8 persen.

"Dede Yusuf (Demokrat), mempunyai keunggulan name-recognition sebagai mantan Wakil Gubernur. Namun belum ada kepastian untuk maju dalam Pilgub Jabar 2024," kata Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan dalam konfrensi pers Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024: Menakar Calon Alternatif, di Hotel De Paviljoen Jalan Martadina Kota Bandung, Kamis (4/5/2023).

Survei ini mengambil sampel sebanyak 1.200 orang dengan metode penarikan sampel melalui multistage random sampling, dengan margin of error rata-rata sebesar 2,87 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Survei sendiri dilakukan di 18 Kabupaten dan 9 Kota di Jawa Barat periode April 2023, dimana warga yang sudah mempunyai hak pilih atau berumur 17 tahun atau lebih diwawancarai secara langsung dengan menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang telah dilatih.

"Kontestasi Pilgub Jabar 2024 masih sangat dinamis, tergantung pada kepastian Ridwan Kamil untuk maju atau tidak maju dalam Pilgub, dinamika dukungan terhadap partai politik di Jabar, dan dinamika popularitas, akseptabilitas, serta elektabilitas calon-calon alternatif yang berpotensi untuk maju dalam Pilgub Jabar 2024," tuturnya.

Sementara itu, hasil survei kategori elit birokrasi, sebanyak 28 nama Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menjabat esselon I dan II masuk dalam radar kandidat alternatif Cawagub Jabar 2024.

Adapun dari 28 nama tersebut, mengemuka tiga nama yang mengantungi elektabilitas tertinggi.

Di urutan pertama muncul nama Dedi Supandi. Dedi Supandi yang kini menjabat Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat menorehkan elektabilitas tertinggi yaitu 1,9 persen. 

Pada urutan kedua, ditempati Setiawan Wangsaatmaja yang saat ini menjabat Sekda Jabar dengan elektabilitas 1,2 persen. 

Disusul urutan ketiga yaitu Asep Sukmana, yang sekarang menjabat Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Barat dengan elektabilitas 1,0 persen.

Firman Manan mengatakan, wakil gubernur memberikan pengaruh signifikan dalam kriteria elektoral. Dalam hal ini, untuk menutupi atau melengkapi kelemahan calon gubernur. 

Idealnya, Cawagub juga memenuhi kriteria pemerintahan yaitu mempunyai pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan keterampilan dalam pengelolaan pemerintahan.

"Membantu, mendampingi dan menjadi penasihat terdekat Gubernur dalam mengelola pemerintahan pasca memenangkan Pilgub," ungkapnya.

Menurutnya, pencalonan birokrat menjadi wakil gubernur pun bukan hal yang baru. Di mana berdasarkan pengalaman beberapa Pilgub sebelumnya, elit birokrat juga sempat ada yang menyalonkan diri menjadi wakil gubernur. 
 
Firman mencotohkan, seperti dalam Pilgub Jabar 2013–2017. Yaitu Lex Laksamana Zaenal maju mendampingi Dede Yusuf. 

"(Cawagub) memang di proyeksikan punya kemampuan Pengelolaan pemerintahan dalam membackup Gubernur nah tentu birokrat ya apalagi dalam top level," ungkapnya.

Firman menilai, beberapa nama elit birokrat yang banyak dipilih publik juga memiliki rekam jejak yang baik dalam mengelola pemerintahan. Sehingga, beberapa mereka memiliki kemampuan yang tepat untuk mendampingi Ridwan Kamil di periode kedua. 

Selain itu, berpasangan dengan birokrat juga memiliki kecenderungan politik yang kecil. Hal ini berbeda dengan wakil gubernur yang juga dari golongan Partai Politik.

Menurutnya, wakil dari latar belakang partai biasanya memiliki kecenderungan politik yang tinggi. 

"Biasanya para birokrat itu juga kan tidak punya kecenderungan politik yang terlalu tinggi. Kenapa itu penting, kalau kemudian wakil kepala daerah itu juga politisi banyak daerah kita lihat kan ada potensi konflik," jelasnya.

Tidak hanya itu, memilih wakil dari kalangan birokrat juga bisa meminimalisir terjadinya kompetisi dalam memimpin. Firman mengatakan, kebanyakan wakil gubernur dari kalangan politik ada keinginan untuk maju kembali ke periode kedua mejadi gubernur. 

"Nama birokrat ini paling tidak menjadi calon alternatif dari kalangan politisi, kepala daerah, dan partai politik," imbuhnya. 

Sedangkan dalam survei Cawagub dengan latar belakang kepala daerah muncul nama Bima Arya, Hengky Kurniawan, Cellica Nurrachdiana, Ade Sugianto dan Rudy Gunawan.

Selain itu, Atalia Praratya Kamil juga masuk dalam kategori figur alternatif non-partai politik (outsider). Atalia diasosiasikan dekat dengan Ridwan Kamil, dan potensi mendapatkan dukungan dari Ridwan Kamil. 

Selain Atalia Praratya Kamil, muncul juga nama Susi Pujiastuti dan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Kemudian dari elite partai politik, ada Dessy Ratnasari (PAN), Ono surono (PDIP), dan Saan Mustopa (Nasdem).

Editor : Rizal Fadillah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network