Di sisi lain, prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0 persen pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5 persen pada remaja usia 16-18 tahun. Salah satu faktor penyebab terjadinya tren kenaikan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas adalah buruknya pola makan remaja.
"Fenomena gizi ini sangat terkait juga dengan fenomena stunting sebetulnya. Alhamdulillah untuk di Jawa Barat ini, tadi saya sampaikan bahwa survei SSGI terakhir di tahun 2022, kita menurun kurang lebih di 4 persen, dari 24,5 persen menjadi 20 persen," terangnya.
Setiawan mengatakan, selama ini masyarakat belum familiar dengan menghitung jumlah kalori dan kandungan nutrisi makana.
"Oleh karena itu, kadang di label diharuskan gizi ini sekian cuman jarang dibaca karena kurang menarik, kurang gede, dan kurang melihat seperti apa, cuman kecil-kecil saja. Oleh karena itu, dengan aplikasi ini kita bisa langsung scan kode batang, hasilnya langsung kelihatan ada gambar dan lainnya, kandungannya lengkap," tuturnya.
Di tempat yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Jabar, Vini Adiani Dewi berharap, aplikasi ini bisa mengedukasi para remaja untuk membiasakan membaca informasi gizi pada makanan. Selain itu, masyarakat juga bisa ikut melaporkan kandungan nutrisi makanan kemasan.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait