CIMAHI, iNewsBandungRaya.id - Kota Cimahi memiliki banyak bangunan heritage yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda. Hingga kini, bangunan tersebut masih berdiri kokoh.
Salah satunya adalah rumah milik saudagar dan teman Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno bernama Wongso Abuchaer yang berada di Jalan Baros, Kota Cimahi.
Rumah megah bergaya Barat itu masih berdiri kokoh meskipun usianya sudah lebih dari satu abad. Kini, dihuni cucu Mbah Wongso, Dewi Indraprasti (71 tahun) bersama suaminya Tiswara (78 tahun).
Mereka sudah puluhan tahun menjaga peninggalan saudagar kaya zaman Belanda itu. Di bagian depan rumah, gaya rumah dinas tentara KNIL ala Belanda sudah terlihat jelas dengan halaman yang luas.
Sedangkan di bagian dalam terdapat beranda dan kamar tidur di sampingnya. Di ruang tengah tempat keluarga berkumpul ada tiga kamar tidur.
Uniknya, langit-langit tiap ruangan berbeda-beda. Ada yang memakai pelat eser (seng tebal), ada juga yang murni pakai papan kayu jati.
Sementara di bagian belakang terdapat, kamar untuk pembantu, dapur, dan kamar mandi. Bangunan itu dihubungkan dengan bangunan utama melalui koridor.
Komposisi ruangan seperti ini tak beda dengan rumah-rumah dinas tentara di Garnizun. Di samping sebelah kanan bangunan utama, ada paviliun.
Sementara di belakang masih menyisakan lahan untuk kebun. Kondisi itu masih dipertahankan hingga kini.
Hanya saja, keberadaan sebuah pendopo di depan rumah atau halaman depan yang dulunya dipakai untuk menggelar wayang kulit setiap muludan atau momen lain sudah dirobohkan.
Rumah megah itu dibangun Mbah Wongso sekitar tahun 1918 dan diperkirakan selesai tahun 1921 di atas lahan sekitar 2.190 meter persegi. Dia membangun rumah dari hasil keringatnya dari berjualan dan memilih Baros yang ketika itu masih yang ketika itu masih berupa daerah persawahan dan kebun kelapa yang sepi.
"Bangun rumah di sini sekitar tahun 1918 dan selesai itu tahun 1921 pas mertua saya (S Kartono Abuchaer) lahir," ucap Dewi, dikutip Jumat (29/9/2023).
Pria asal Yogyakarta itu datang ke Cimahi sekitar tahun 1980-an. Ia berjualan bakul, sandal kayu Jawa hingga klompen alias bakiak di Pasar Antri yang ketika itu bangunannya belum permanen. Dia tinggal di daerah Gang Rangsom, Cimahi saat itu.
Kemudian, Wongso menambah barang jualannya dengan batik yang dibawa dari Yogyakarta, hingga menjadikannya saudagar sugih. Usahanya terus berkembang hingga bisa menyuplai bahan-bahan makanan seperti beras, tepung, gula ke tangsi-tangsi tentara.
Lalu, lahan yang sudah dibelinya di seberang rumah di Baros dijadikan Mbah Wongso pasar yang masih berdiri hingga kini.
"Usahanya maju di sini kemudian keluarga bahkan sodara dibawa ke sini. Beliau termasuk yang mendirikan Pasar Antri," kata Dewi.
Kehidupan Mbah Wongso tidak hanya soal berdagang, dia juga ternyata dalam kegiatan Sarekat Islam yang didirikan HOS Tjokroaminoto yang sering datang ke Cimahi dan menginap di rumah Mbah Wongso yang berada di Jalan Bapa Ampi.
Aktivitas itulah yang membuat Mbah Wongso mengenal Bung Karno yang saat itu belum menjadi Presiden Indonesia. Bahkan, Bung Karno disebut pernah bertandang ke rumah Mbah Wongso yang berada di Baros.
Rumah bersejarah itu kemudian didatangi Rahmawati Soekarnoputri, putri Bung Karno yang sedang menelusuri jejak perjuangan ayahnya itu. Keluarga Mbah Wongso diajak untuk ikut napak tilas Soekarno ke Banceuy dan sebagainya.
"Bung Karno pernah ke sini, salat di sini, ngobrol biasa. Kapannya saya kurang tau, tapi sebelum jadi presiden. Kemudian Rahmawati ke sini, napak tilas datang ke sini. Kita diajak ke Banceuy," ucapnya.
Setelah berdiri 100 tahun lebih, rumah yang sudah dihuni Dewi bersama keluarga besar berencana akan menjual rumah bersejarah itu.
"Berat sebetulnya, tapi ya gimana enggak ada yang mau nerusin ngurus rumah. Saya sama istri kan sudah sepuh. Hasil rembukan keluarga mau dijual," ujarnya.
Ketua Komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok mengatakan, nama Mbah Wongso pantas untuk mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Seperti disematkan sebagai nama jalan di Kota Cimahi.
"Saya kira pantas beliau untuk diabadikan sebagai nama jalan, seperti pejuang lainnya dari Cimahi," kata Machmud.
Dia mengatakan, rumah Mbah Wongso yang pernah disinggahi Bung Karno itu sempat jadi sasaran penjarahan ketika Belanda berhasil menguasai kembali Cimahi sebagai garnisun tahu 1948.
Ketika itu Divisi Siliwangi harus hijrah, Mbah Wongso pun termasuk warga biasa yang ikut hijra ke daerah asalnya di Yogyakarta. Bak sebuah firasat, saudagar kaya itu meninggal dunia di tanah kelahirannya.
"Mbah Wongso meninggal di Jogja diiperkirakan dalam usia 68 tahun," ujar Machmud.
Kehidupan keluarga Mbah Wongso tetap berjalan walau sang Mbah sudah tiada. Tanah dan harta kekayaan pun sudah dibagikan kepada sembilan anaknya
Ada yang memperoleh rumah di Jalan Lurah, Gang Rangsom, Gatsu, Kebon sari. Sementara S Kartono Abuchaer, anaknya, memperoleh warisan tanah dan rumah di Baros.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait