BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Kehadiran Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh menjadi capaian besar bagi pemerintah dalam moda transportasi. Pasalnya, Whoosh menjadi kereta cepat pertama yang hadir di Asia Tenggara.
Kendati demikian, kehadiran kereta cepat Whoosh ini tidak dibarengi dengan moda transportasi lainnya. Padahal, integrasi antar moda transportasi ini turut memastikan sukses atau tidaknya layanan kereta cepat Whoosh.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Barat, A Koswara, ada empat aspek yang perlu diperhatikan dalam pembangunan moda transportasi publik. Pertama aspek perencanaan, aspek manajemen, aspek pembiayaan dan aspek dampak.
"Untuk perencanaan sudah sering dibicarakan, baik dari jaman RK (Ridwan Kamil) sudah bicara aspek perencanaan," ucap Koswara, Kamis (12/10/2023).
Kemudian dari aspek manajemen pengelolaan angkutan publik, Koswara mengakui, pihaknya masih kekurangan lembaga penyelenggaraan.
"Kita tidak punya BUMD-nya untuk menyelenggarakan angkutan publik secara benar," ujarnya.
Koswara mengatakan, saat ini penyelenggara angkutan publik masih didominasi oleh para penyedia atau operator seperti koperasi atau pengusaha.
"Posisi pemerintah lebih banyak di regulasi bukan penyelenggara. Karena penyelenggara ini menjadi amanat dalam peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah itu harus menyelenggarakan angkutan publik, kita belum punya," katanya.
Koswara menyebut, aspek ketiga dan yang menjadi paling penting yakni terkait pembiayaan.
"Karena untuk membangun angkutan publik dan mengoperasionalkannya itu sangat penting supaya ini terjadi keberlanjutan," imbuhnya.
Menurutnya, pembiayaan ini tergantung dari bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan hal ini. Pembiayaan bagi pemerintah daerah itu berkaitan erat dengan visi misi, RPJMD dan lain sebagainya.
"Jika masuk prioritas maka pembiayaan itu sudah pasti akan disiapkan oleh pemerintah," ujarnya.
Kemudian di aspek dampak, Koswara tak memungkiri jika moda transportasi publik memiliki banyak sekali dampak. Sebab, jika hanya mengandalkan kendaraan pribadi hanya akan menimbulkan kerugian seperti kemacetan dan polusi.
Di sisi lain, kawasan Bandung Raya khususnya Kota Bandung menjadi salah satu wilayah yang saat ini menjadi fokus Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk dibenahi dalam program Indonesia Mass Transit Project (MASTRAN). Sejumlah moda transportasi publik berbasis jalan maupun rel saat ini tengah disiapkan.
Kaitanya dengan beroperasinya Kereta Cepat Whoosh, Koswara mengakui adanya gap program. Di mana penerapan buy the service (BTS) khususnya bus rapid transit belum terlaksana.
"Jadi kereta cepat selesai maka BTS jadi supporting ke arah barat ke Stasiun Padalarang dan yang ke Tegalluar karena kita memperhitungkan penumpang kereta cepat yang turun di Tegalluar itu 30-40 persen, lebih banyak di Padalarang," ungkapnya.
Meski begitu, hal itu tidak menjadi masalah untuk yang di Stasiun Padalarang karena terintegrasi dengan commuter. Menurutnya, yang jadi masalah ada di Stasiun Tegalluar.
"Kami berikan layanan tambahan dari Damri dan Bluebird. Sementara ada empat perusahaan yang minta izin agar dapat memberikan layanan di Tegalluar tapi yang telah mendapat kerjasama dengan KCIC, yang untuk sementara diberikan kedua provider yaitu Bluebird dan Damri," tuturnya.
Adapun untuk pengoperasian BRT, pihaknya akan melakukan ujicoba di antaranya rute dari Stasiun Hall/Stasiun Bandung ke Tegalluar. Setelah masa ujicoba KCJB ada lima rute permohonan yaitu Leuwi Panjang-Tegalluar, Stasiun Bandung- Tegalluar, Soreang -Tegalluar, Jatinangor - Tegaluar dan Ledeng-Tegalluar.
"Bahkan, ada permintaan layanan dari Subang ke Tegalluar," ujarnya.
Dalam waktu dekat, pihaknya pun akan melakukan ujicoba bus listrik berbagai merek untuk menguji ketahanan mereka di jalur Bandung Raya
yang memiliki contur yang tidak rata.
"Jadi karena kesiapan itu bukan hanya pemerintah tapi dunia usaha ini harus dijadikan sebuah kolaborasi terutama angkutan feeder karena eksisting itu ya pengusaha itu, kalau ada BUMD transportasi, maka BUMD tersebut yang akan menugaskan provider-provider. Nanti akan membaut manajemen penyediaan layanan feedernya," paparnya.
Untuk pembangunan BRT, kata Koswara, sudah ada progresnya termasuk dengan konsultannya juga.
"Mungkin progresnya mana saja yang mau dibangun. Di antaranya Depo di Rancanumpang Gedebage, kemudian Alun-alun jadi hub atau stasiun pertemuan beberapa koridor," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait