BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Santa Claus dan Natal merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pasalnya, sosok berbaju dan topi merah serta jenggot putih ini kerap muncul saat perayaan natal.
Lantas, kenapa ada Santa Claus di hari Natal? Bagaimana asal-usul Santa Claus hingga diidentikkan dengan perayaan umat Nasrani tersebut.
Untuk mengetahui jawabannya, simak ulasannya berikut ini yang dirangkum dari laman history, Sabtu (23/12/2023).
Asa-usul Santa Claus
Ditilik sejarahnya, Santa Claus berawal dari sosok biarawan bernama St. Nicholas. Nicholas diyakini lahir sekitar 280 M di Patara, dekat Myra, Turki modern. dia adalah sosok yang dikagumi karena kesalehan dan kebaikannya sehingga menjadi subyek banyak legenda.
Bahkan, dikatakan bahwa St. Nicholas menyumbangkan semua warisan kekayaannya dan melakukan perjalanan ke pedesaan untuk membantu orang miskin dan sakit. Salah satu kisah St. Nicholas yang paling terkenal adalah saat dia menyelamatkan tiga saudara perempuan miskin dari penjualan budak atau prostitusi oleh ayah mereka dengan memberi mereka mas kawin agar mereka bisa menikah.
Selama bertahun-tahun, popularitas Nicholas terus menyebar dan dia pun dikenal sebagai pelindung anak-anak dan pelaut. Bahkan, hari kematiannya pada 6 Desember selalu dirayakan dan secara tradisional ini dianggap sebagai hari keberuntungan untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar atau untuk menikah.
Pada masa Renaisans, St. Nicholas juga dikenal sebagai santo paling populer di Eropa. Bahkan setelah Reformasi Protestan, St. Nikolas tetap mempertahankan reputasi positif, khususnya di Belanda.
Kemudian, nama Sinterklas berevolusi dari nama panggilan St. Nicholas dalam bahasa Belanda, Sinter Klaas, kependekan dari Sint Nikolaas.
Lalu pada 1804, John Pintard, anggota New York Historical Society, membagikan potongan kayu St. Nicholas pada pertemuan tahunan di perkumpulan tersebut. Latar belakang ukiran tersebut berisi gambar Santa yang sekarang sudah dikenal termasuk kaus kaki berisi mainan dan buah-buahan yang digantung di atas perapian.
Pada 1809, Washington Irving turut mempopulerkan cerita Sinter Klaas ketika dia menyebut St. Nicholas sebagai santo pelindung New York dalam bukunya berjudul The History of New York.
Ketika ketenarannya semakin meningkat, Sinter Klaas digambarkan sebagai seorang “rascal” dengan topi biru bersudut tiga, rompi merah, dan kaos kaki kuning hingga seorang pria yang mengenakan topi bertepi lebar dan “sepasang Flemish trunk hose”.
Pada awal abad ke-19, pemberian hadiah, khususnya pada anak-anak, telah menjadi bagian penting dari perayaan Natal. Toko-toko mulai mengiklankan belanja Natal pada tahun 1820, dan pada 1840an, surat kabar membuat bagian terpisah untuk iklan liburan, yang sering kali menampilkan gambar Sinterklas yang baru populer.
Pada 1841, ribuan anak mengunjungi toko di Philadelphia untuk melihat model Sinterklas seukuran aslinya. Toko-toko pun mulai mempromosikan toko mereka dengan Sinterklas yang “hidup”.
Pada awal 1890-an, Salvation Army membutuhkan uang untuk membayar makanan Natal gratis yang mereka berikan kepada keluarga yang membutuhkan. Dari sini, mereka mulai mendandani para pengangguran dengan setelan Santa Claus dan mengirim mereka ke jalan-jalan New York untuk meminta sumbangan.
Pasa 1924, Santa Macy telah muncul di hampir setiap Parade Thanksgiving Macy dan oranf segala usia mengantre untuk bertemu Santa Macy di New York City dan di toko-toko di seluruh kota, di mana anak-anak dapat berfoto di pangkuan Santa, dan mengatakan apa yang mereka inginkan untuk Natal.
Pada 1822, Pendeta Episkopal Clement Clarke Moore menulis puisi Natal yang panjang untuk ketiga putrinya yang berjudul “An Account of a Visit from St. Nicholas,” yang lebih dikenal sebagai “Sungguh Malam Sebelum Natal”.
Dalam puisi Moore, digambarkan bahwa Sinterklas sebagai "peri tua yang periang" dengan sosok gemuk dan kemampuan supernatural untuk naik cerobong asap dengan hanya anggukan kepala! Meskipun beberapa gambaran Moore mungkin dipinjam dari sumber lain, puisinya membantu mempopulerkan gambaran Santa Claus yang sekarang sudah dikenal.
Pada 1881, kartunis politik Thomas Nast memanfaatkan puisi Moore untuk menciptakan kemiripan yang cocok dengan gambaran moderen Santa Claus. Kartunnya yang muncul di Harper's Weekly, menggambarkan Santa sebagai seorang pria gemuk dan ceria dengan janggut putih lebat, memegang karung berisi mainan untuk anak-anak yang beruntung.
Dia juga yang memberi Santa jas merah cerahnya yang dipangkas dengan bulu putih, bermarkas di Kutub Utara, memiliki elf dan juga istri, Ny. Claus
Di Amerika, Sinterklas sering digambarkan seperti puisi Moore, yang terbang dari rumah ke rumah pada malam Natal untuk mengantarkan mainan kepada anak-anak. Dia terbang dengan kereta luncur ajaibnya yang ditarik oleh rusa kutubnya: Dasher, Dancer, Prancer, Vixen, Comet, Cupid, Donner, Blitzen, dan rusa kutub paling terkenal, Rudolph.
Santa memasuki setiap rumah melalui cerobong asap, itulah sebabnya kaus kaki Natal yang kosong digantung dekat cerobong asap di tiap rumah dengan harapan bisa diisi dengan permen tongkat dan camilan lainnya atau mainan kecil.
Santa menyimpan “daftar nakal” dan “daftar baik” untuk menentukan siapa yang pantas menerima hadiah di pagi hari Natal, dan orang tua sering kali menggunakan daftar ini sebagai cara untuk memastikan anak-anak mereka berperilaku terbaik.
Gambaran tersebut kemudian diabadikan dalam lagu Natal tahun 1934 “Santa Claus is coming to Town”.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait