Menilik Sejarah Tradisi Berkirim Hampers Jelang Lebaran

Sheila Mutiara Nur Kholik
hampers. (Foto: KamranAydinov on Freepik)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id  - Setiap menjelang Lebaran, tradisi berkirim hantaran atau biasa dikenal hampers menjadi pemandangan umum di berbagai sudut Indonesia. Memasuki hari raya besar keagamaan, berbagi merupakan salah satu bagian adat yang tidak bisa dipisahkan. Salah satunya pada hari raya Idul Fitri, banyak keluarga dan kerabat yang berbagi bingkisan istimewa ini.

Sebetulnya, hampers bukan hanya  untuk  dibagikan saat Idul Fitri saja. Namun, banyak diberikan di berbagai kesempatan seperti hari raya keagamaan lainnya, pernikahan, ulang tahun,  dan perayaan kelahiran dan lainnya.

Tradisi berkirim hampers ini tak sekadar kumpulan barang mewah yang dikirimkan sebagai ungkapan rasa syukur menjelang Lebaran. Lebih dari itu, hampers memiliki akar budaya yang kuat, mencerminkan kekayaan tradisi sosial.

Sejarah Adanya Hampers

Terlepas dari pada saat apa hampers diberikan, tradisi saling berkirim hantaran lebaran sudah ada sejak lama. Namun istilah hampers mulai populer pada abad ke-11, tepatnya setelah Pertempuran Hastings. 

Istilah tersebut dipopulerkan oleh Raja Inggris saat itu, yaitu William the Conqueror. Dan adapun istilah “hampers” berasal dari kata Perancis “Hanapier” yang berarti keranjang untuk piala. Dahulu hampers dikatakan sebagai keranjang yang terbuat dari rotan. Keranjang ini berisikan makanan dan anggur  untuk digunakan sebagai bekal untuk mengembara.

Seiring  berjalannya waktu, dan lebih tepatnya lagi pada abad ke-19, dengan adanya Revolusi Industri, hampers mulai digunakan sebagai hadiah perayaan saat Natal. Tradisi ini semakin meluas pada abad ke-19, ketika keluarga kelas menengah atas di Victoria mulai menjadikan hampers hadiah sebagai hadiah mewah.

Seiring berjalannya waktu, tradisi berkirim hampers mengalami perkembangan. Bentuknya pun semakin bervariasi dan mewah, mencerminkan status sosial pengirimnya. Meskipun begitu, nilai-nilai solidaritas, kerukunan, dan kebersamaan tetap terjaga dalam tradisi ini.

Pada masa penjajahan Belanda, hampers diperkenalkan sebagai hadiah kepada pekerja perkebunan. Isi keranjang saat itu adalah makanan dan hasil pertanian. Hampers ini diberikan kepada para pekerja sebagai pengakuan atas kerja keras mereka.

Bahkan setelah Indonesia merdeka, hampers tetap digunakan sebagai hadiah dalam berbagai kesempatan seperti pernikahan, ulang tahun, dan acara perusahaan. Isi di dalamnya pun semakin beragam, mulai dari makanan, minuman, kosmetik, hingga kebutuhan sehari-hari.

Dalam konteks modern, tradisi berkirim hampers juga telah mengalami transformasi. Kini, tidak hanya barang-barang konvensional yang dikirimkan, tetapi juga produk-produk unik dan kreatif yang diadaptasi dengan kebutuhan zaman. Berbagai inovasi dalam desain kemasan dan isi hampers pun terus bermunculan, menjadikan tradisi ini tetap relevan dan menarik bagi masyarakat modern.

Hingga kini pun dalam perusahaan – perusahaan juga memproduksi hampers secara massal dalam bentuk promosi. Selain itu, hampers juga biasanya diberikan kepada pelanggan atau karyawan sebagai bentuk apresiasi dan promosi. Lalu saat Idul Fitri, hantaran ini dijadikan sebagai sarana membina silaturahmi. Dan hampers lebaran ini biasanya berisi kue kering, perlengkapan sholat, snack-snack kaleng, dan lain-lain. (*)

Editor : Abdul Basir

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network