BANDUNG,iNewsBandungraya.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar Talkshow Literasi Digital di Kabupaten Bekasi, Selasa (13/8/2024).
Kegiatan dilaksanakan di Lapangan Plaza dengan tema “Tangkal Radikalisme di Media Sosial” diikuti ribuan orang yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Dakwah dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Bekasi yang ke 74 Tahun.
Kegiatan tersebut menghadirkan 3 Narasumber yakni, Aidil Wicaksono membahas soal Etika Digital, kemudian Ismita Putri terkait Budaya Digital dan Rizky Ardi Nugroho mengisi materi Aman Digital. Ketiga nya merupakan Trainer dari Kominfo yang memiliki segudang ilmu tentang Literasi Digital.
Aidil Wicaksono mengatakan Radikalisme di media sosial dapat mengambil berbagai bentuk, seperti menyebarkan kebencian, provokasi, dan ajakan kekerasan. Dampaknya sangat serius, termasuk polarisasi, perpecahan, dan ancaman terhadap keamanan nasional. Dan berpikir kritis adalah kunci untuk menghindari pengaruh radikalisme di media sosial.
“Kita perlu memeriksa sumber informasi, mencocokkan dengan fakta, dan menghindari bias dalam menilai konten,” ujarnya.
Etika digital dan upaya bersama untuk menangkal radikalisme online merupakan kunci untuk menciptakan ruang digital yang aman, harmonis, dan bermanfaat. Dengan memperkuat nilai- nilai luhur dan mewaspadai bahaya radikalisme, kita dapat membangun ekosistem digital yang sehat dan berkelanjutan
Sementara itu, Ismita Putri mengungkapkan bahwa budaya digital telah mengubah cara berinteraksi, mendapatkan informasi, dan membentuk opini. Namun, platform media sosial juga telah menjadi tempat berkembangnya radikalisme. .
Lanjut Ismita, Media sosial memungkinkan akses cepat ke informasi dan berita, tetapi juga dapat menyebabkan penyebaran informasi yang tidak akurat atau menyesatkan. Kemudian Platform media sosial memfasilitasi pembentukan komunitas online, yang dapat menjadi tempat berkembangnya ideologi ekstrem dan radikalisme.
Serta pengaruh teman sebaya di media sosial sangat kuat dan dapat mendorong individu untuk mengikuti tren dan ideologi, termasuk yang berujung pada radikalisme.
“Karenanya penting untuk membangun budaya digital yang sehat dengan Mempromosikan nilai-nilai toleransi dan dialog untuk menciptakan ruang digital yang aman dan damai serta Meningkatkan literasi digital masyarakat untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak dan bertanggung jawab,” kata Ismita.
Rizky Ardi Nugroho mengatakan perkembangan teknologi informasi di dunia terus berkembang secara masif, dengan pengguna Internet Indonesia mencapai lebih dari 185.3 juta pengguna / 66,5% dari jumlah penduduk Indonesia.
Menurutnya, perubahan gaya hidup menjadi serba digital dan menawarkan kemudahan serta kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas, masyarakat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas keuangan digital yang selama ini dianggap berisiko tinggi, namun di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk seperti penipuan dan pencurian akun, sehingga diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.
“Keamanan Digital adalah sebuah proses yang sangat penting untuk memastikan bahwa penggunaan layanan digital, baik melalui internet maupun secara langsung, dapat dilakukan dengan aman. Ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi data yang kita miliki, tetapi juga untuk menjaga kerahasiaan informasi pribadi yang sangat penting. Sebab di dunia digital, tidak ada yang bisa menjamin keamanan 100%, tapi kita bisa berusaha mengurangi risikonya sebanyak mungkin. Meskipun kadang dianggap rumit, tapi sedikit hati-hati bisa membuat kita jauh lebih aman,” tandas Rizki.
Untuk diketahui, acara ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan tingkat Literasi Digital 50 juta masyarakat Indonesia pada tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital.
Selain itu, tujuan utama kegiatan ini adalah mengajak Masyarakat agar lebih waspada terhadap konten-konten di media sosial yang bisa saja mempengaruhi pemikiran dan menjadi doktrin terhadap proses berpikir seseorang.
Konten yang memiliki muatan kebencian juga sangat berbahaya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara karena dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan hasil survey, Indeks Literasi Digital Nasional pada 2022 naik sebesar 0,05 poin menjadi 3,54 dari capaian indeks di tahun 2021. Ada tiga pilar yang meningkat, yaitu Pilar 1 (Digital Skill) naik sebesar 0,08 poin, Pilar 2 (Digital Ethics) naik sebesar 0,15 poin, dan Pilar 3 (Digital Safety) naik 0,02 poin. Namun Pilar 4 (Digital Culture) menurun sebesar 0,06 poin. Pola pada pilar ini tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya.
Secara umum urutan pada tiap indikator memiliki urutan yang sama walaupun terdapat kecenderungan penurunan pada tiap indikator pada indikator teratas. Seperti penyesuaian cara berkomunikasi agar kedua pihak tidak tersinggung mengalami penurunan dari 3,82 (tahun 2021) menjadi 3,81 (tahun 2022).
Sedangkan indikator dengan nilai indeks terendah cenderung mengalami kenaikan. Seperti keterbiasaan mencari tahu apakah informasi yang ditemukan di website benar atau salah naik dari 3,05 (tahun 2021) menjadi 3,25 (pada 2022).
Walaupun secara umum terdapat kenaikan indikator, namun pengetahuan responden mengenai perangkat keras dan lunak mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pengetahuan perangkat keras mengalami sedikit penurunan dari 49% menjawab benar, menjadi 42% menjawab benar.
Begitu juga pengetahuan tentang perangkat lunak yang mengalami penurunan dari 48% menjawab benar, menjadi 45% menjawab benar. Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. (*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait