BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Siti Kulsum menjadi salah satu dari sekian banyak nasabah di Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung penerima manfaat dari program pinjaman dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan yang digulirkan Bupati Bandung, Dadang Supriatna.
Siti mengaku, awalnya dia merupakan korban dari praktik pinjaman berbunga tinggi atau rentenir.
"Dulu saya korban Bank Emok. Setelah itu saya lihat ada program Pak Bupati, tapi taunya bukan dari kelurahan, dulu taunya dari BPR Kerta Raharja," ucap Siti saat ditemui, Sabtu (24/8/2024).
Setelah mendapatkan informasi terkait program tersebut, Siti pun kemudian melakukan pengajuan untuk keluarganya. Tak hanya itu, dirinya juga menyebarkan informasi tersebut kepada warga lainnya.
"Dulu ngajuinnya cuman sekeluarga, karena cicilannya bagus, saya langsung nyebarin ke masyarakat dan alhamdulillah sekarang udah tersebar," ungkapnya.
Siti mengatakan, saat ini dirinya diberi kepercayaan oleh BPR Kerta Raharja untuk mengelola dana sekitar 50 nasabah.
"Saya ngelola udah sampe 50an nasabah, sama saya juga dipercaya oleh BPR Kerta Raharja untuk mengolektifkan uang-uang para nasabah. Yang dikelola saya 50an orang, yang dikelola sama Desa kurang tau," katanya.
Siti mengaku, program yang digulirkan Dadang Supriatna ini sangat bermanfaat bagi warga di Kecamatan Margaasih khususnya Cigondewah Hilir.
"Alhamdulillah, dana bergulir dari Bapak Bupati sangat-sangat bermanfaat untuk warga Cigondewah Hilir khususnya, umumnya mungkin untuk warga Kabupaten Bandung," imbuhnya.
"Pertama ga ada bunga sama ga ada anggunan, sama pelayanan bank penyalur seperti BPR Kerta Raharja bagus banget. Persyaratan untuk ngajuin itu (Dana Bergulir) juga melalui Desa, Desa Cigondewah Hilir juga bagus banget," tambahnya.
Siti mengatakan, dirinya sudah hampir 6 tahun berjualan nasi kuning. Namun, setelah diberi dana oleh Dadang Supriatna, dirinya memulai untuk memproduksi dasi siswa sekolah.
"Sebelumnya saya cuman kuli (buruh), karena sudah ketemu Pak Bupati pas Rembug Bedas, awalnya dikasih dua juta, setelah ketemu Pak Bupati saya ngusulin buat semua (nasabah) pengen ditambah, alhamdulillah Pak Bupati nambah 100% jadi empat juta," terangnya.
"Alhamdulillah saya bisa beli kain sendiri, bisa bordir, bisa jait sendiri dan jual sendiri. Alhamdulillah keuntungannya nambah, manfaatnya saya bisa nambah-nambah untuk biaya anak sekolah sareng pesantren. Saya pagi-pagi jualan nasi kuning, setelah itu produksi jait dasi sekolah," lanjutnya.
Siti pun mengucapkan terima kasih kepada Dadang Supriatna yang telah menggulirkan program pinjaman dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan yang saat ini banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Besar sekali manfaatnya, karena membantu banget. Ga ada sih kekurangannya mah, dari pelayanan bagus, pelayanan bank, pelayanan kelurahan (Cigondewah Hilir) itu bagus," ungkapnya.
Siti pun berharap, program ini terus bergulir di kepimpinan Dadang Supriatna Jilid II nanti.
"Mudah-mudahan Pak Bupati terus lanjut, program ini juga terus diperpanjang," tandasnya.
Untuk diketahui, Bupati Bandung, Dadang Supriatna menunjukkan keseriusannya meberantas praktik bank emok. Untuk mendukung usaha masyarakat, program pinjaman dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan dengan anggaran Rp70 miliar digulirkan.
Dadang mengatakan, inovasi program pinjaman dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan yang diberi nama Saku Bedas ini dihadirkan untuk mensejahterakan masyarakat.
"Adanya program pinjaman dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan ini karena ada bank emok yang merusak karakter masyarakat," ucap Dadang, Rabu (31/1/2024).
Dalam program pinjaman dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan itu, pada tahap awal pemerintah memberikan pinjaman Rp2 juta. Jika para pelaku UMKM ada kemajuan, maka pinjaman bisa dinaikkan menjadi Rp5 juta.
"Bahkan, bisa mencapai Rp500 juta per orang melalui Kredit Usaha Rakyat Daerah (KURD). Bunganya 4 persen per tahun, dari pada masyarakat pinjam ke pinjaman online atau bank emok dengan bunga 28 persen per bulan," ujarnya.
Dadang berharap, ada pengembangan koperasi melalui kegiatan usaha atau produksi, sehingga koperasi bisa jadi offtaker. Begitu pelaku UMKM yang bergabung di koperasi dan kemudian produksinya ditampung di koperasi dan koperasi yang menjual produksinya.
"Ini akan lebih bagus. Anggota koperasi yang membutuhkan modal, bisa kerja sama dengan BPR Kerta Raharja atau BJB," imbuhnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait