"Terkadang data yang sama, misalnya tentang kapasitas pertahanan, tidak sinkron antara yang dikeluarkan oleh lembaga resmi dengan yang dirilis oleh think tank terkemuka seperti SIPRI," ucap Yudha.
Lebih lanjut, Yudha mengatakan bahwa Rachmat Pambudy memiliki latar belakang sebagai akademisi dan tentu terbiasa memaparkan data apa adanya.
Menurutnya, hal tersebut bukan sebuah kelemahan, namun justru merupakan kekuatan di tengah banyaknya pencitraan yang memanfaatkan fabrikasi data.
"Langkah transparan tersebut menunjukkan komitmen terhadap perencanaan pembangunan yang bertanggung jawab. Dalam proses pembangunan nasional, kejujuran data menjadi elemen vital untuk memastikan kebijakan yang dirumuskan memiliki dasar yang akurat dan dapat diandalkan. Mengakui adanya tantangan atau target yang belum tercapai bukan berarti menandakan kegagalan, melainkan menjadi ruang untuk perbaikan yang lebih terarah," bebernya.
Hal ini diperkuat dengan keterangan resmi Kementerian PPN/Bappenas bertajuk “Pencapaian Kinerja Pembangunan RPJMN 2020–2024”. Di sana juga dijelaskan bahwa data yang dipresentasikan hanya mencakup sebagian kecil dari keseluruhan indikator pembangunan.
Editor : Rizal Fadillah