Derap langkah Desa Tolajuk dalam merintis desa wisata wanatani unggulan tak luput dari dorongan tim peneliti dari Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) ITB, dengan dukungan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITB. Tim peneliti terdiri dari Pathmi Noerhatiini, Dicky Rezady Munaf dan Allis Nurdini, sedangkan asisten riset beranggotakan Gilang Aditya Pratama, Muhammad Alkhadri dan Tsamrotul Jannah.
Kolaborasi ITB dan warga lokal ini mencakup pelatihan tentang standar operasional prosedur (SOP) untuk Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Edukasi ini bertujuan meningkatkan kualitas budidaya dan pengolahan kopi, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai jual produk.
“Kami di sini sangat senang, ternyata tim dari ITB kembali lagi ke sini untuk meneruskan obrolan dulu mengenai desa wisata di Desa Tolajuk ini,” ujar Kepala Desa Tolajuk Baddarudin dalam keterangannya.
Sementara itu, Muktabar, Sekretaris Desa Tolajuk sekaligus petani mengakui jika dahulu pola dan sistem tanam yang dilakukan oleh warga desa masih mengikuti cara tradisional. Posisi Desa Tolajuk yang ‘bak mutiara terpendam’ di kaki bukit Gunung Latimojong belum banyak dilirik oleh pihak luar.
“Kami menanam dari dulu begitu-begitu saja, seperti yang sudah dilakukan sejak lama oleh orang tua,” ujar Muktabar.
“Sulit penyuluh datang ke sini untuk mengajarkan,” sambungnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait