Namun, karena sifat manusia yang diberikan kesempatan untuk bertobat, Nabi Adam diberi peluang untuk kembali ke jalan yang benar.
“Adam salah, lalu ia bertobat. Tapi setan, ketika melakukan kesalahan, tidak mau bertobat karena jiwanya memang cenderung kepada kesalahan. Itu sebabnya, jika ada manusia yang berbuat salah, jangan langsung divonis. Doakan saja supaya ia kembali ke jalan kebaikan,” kata UAH.
Menurut UAH, prinsip penting yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah tidak mudah menghakimi seseorang yang melakukan kesalahan. Sebaliknya, berikanlah ruang bagi orang tersebut untuk berubah menjadi lebih baik.
“Kalau ada yang tidak mau bertobat meski sudah diberi nasihat, patut ditanya, ini manusia atau setan? Tentu saja ini hanya guyon,” ujar UAH sambil tersenyum.
Selain itu, UAH juga menekankan bahwa manusia bukanlah malaikat dan bukan pula setan. Memahami hal ini akan menciptakan keharmonisan dalam hubungan, baik dalam keluarga maupun di masyarakat.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait