BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh berkah dan kemuliaan, yang menjadi momen istimewa bagi umat Islam. Pada malam ini, umat Islam meyakini bahwa Allah SWT menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, malam ini diyakini sebagai malam yang penuh ampunan, rahmat, dan keberkahan, di mana doa-doa umat yang memohon akan dikabulkan oleh Allah SWT. Namun, apakah kita dapat mengetahui tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar?
Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, KH. Abdul Muiz Ali menjelaskan bahwa ada beberapa tanda-tanda yang bisa menjadi petunjuk datangnya malam Lailatul Qadar.
"Ada tanda-tandanya. Salah satunya, tidak dalam keadaan hujan. Tidak dalam keadaan hujan, dan ia merasakan tenang untuk ibadah itu. Tidak hujan dan tidak panas," ucap Kiai AMA, sapaan akrabnya, dikutip laman MUI, Selasa (18/3/2025).
Kiai AMA mengungkapkan bahwa salah satu tanda yang paling dikenal tentang malam Lailatul Qadar adalah jatuhnya pada salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, yakni malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, dan ke-29.
"Kalau malam Ramadan-nya hari ini, maka Lailatul Qadar-nya malam kesekian. Artinya, jika seseorang memulai puasa pada hari Sabtu, maka malam Lailatul Qadar berpotensi jatuh pada malam tertentu berdasarkan perhitungan hari pertama puasa," katanya.
Kiai AMA juga merujuk pada beberapa hadis yang menjelaskan tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar. Salah satu hadis yang terkenal adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, yang mengatakan:
هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru” (HR. Muslim no. 762, dari Ubay bin Ka’ab).
Hadits ini menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar memiliki tanda pada pagi harinya, yakni matahari terbit dengan warna yang putih dan tidak memancarkan sinar secara menyeluruh.
Tanda ini menjadi salah satu petunjuk, meskipun umat Islam diingatkan untuk tidak hanya mencari tanda semata, melainkan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah.
Hadis kedua yang menjadi rujukan dalam penjelasan ini diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi dan Al-Baihaqi, yang mengatakan:
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
"Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin. Pada pagi hari, matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361).
Hadis ini menggambarkan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan kedamaian dan kesejukan, tidak terlalu panas ataupun dingin. Pada pagi harinya, matahari yang terbit akan tampak kemerah-merahan, sebuah tanda khas yang dapat mengindikasikan bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadar.
Kiai AMA juga mengingatkan, umat Islam seharusnya fokus pada pengamalan ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadhan, mengharap pahala dan keberkahan dari Allah SWT tanpa terfokus pada prediksi atau tanda-tanda malam tersebut.
"Yang seharusnya dilakukan adalah menghidupkan malam itu dengan ibadah, bukan mencari tanda-tandanya," ujarnya.
Dalam perspektif ini, pencarian tanda Lailatul Qadar seringkali dapat mengalihkan perhatian dari tujuan utama, yaitu meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah.
Apa yang lebih penting adalah beribadah dengan sepenuh hati, memperbanyak doa, dzikir, dan amal kebaikan, serta berharap kepada Allah untuk diberi kesempatan meraih malam yang penuh kemuliaan tersebut.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait