Berani Hadapi Dedi Mulyadi, Aura Cinta Malah Jadi Sasaran Bully di Media Sosial

Rina Rahadian
Aura Cinta. Foto: Istimewa.

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono, angkat suara terkait viralnya kasus Aura Cinta, remaja asal Tambun, Bekasi, yang sempat berdebat dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengenai kebijakan pelarangan acara perpisahan sekolah.

Ono menilai sikap kritis Aura sebagai hal positif yang patut diapresiasi. Menurutnya, keberanian Aura yang baru berusia 16-17 tahun dalam menyuarakan permasalahan rakyat di media sosial menunjukkan kecerdasan dan potensi kepemimpinan yang luar biasa.

"Terkait dengan neng Aura Cinta yang di Tambun, Bekasi sana yang viral terkait dengan pembongkaran dan juga isu perpisahan, saya meresponsnya positif. Ada anak muda yang sudah bisa menyampaikan permasalahan rakyat dengan sangat terbuka dan cerdas. Ini perlu diapresiasi, karena jarang sekali anak seusia itu berani bersuara," ujar Ono, dikutip dari Instagram @ono_surono, Senin (28/4/2025).

Ono juga menyayangkan maraknya perundungan terhadap Aura Cinta di media sosial. Ia menilai, eksploitasi terhadap kemiskinan dan kekerasan verbal yang dilakukan sejumlah konten kreator demi keuntungan pribadi sangat berbahaya.

"Inilah yang berbahaya. Mereka hanya mencari keuntungan dari viralitas di YouTube, Instagram, TikTok, dan sebagainya. Tapi dampaknya bisa merusak mental Aura dan anak-anak muda lain yang kritis," tegasnya.

Sebelumnya, Aura Cinta menjadi sorotan setelah videonya berdebat dengan Gubernur Dedi Mulyadi diunggah ke YouTube resmi milik sang gubernur pada 26 April 2025. Dalam video itu, Aura yang hadir bersama ibunya dan warga korban penggusuran bantaran Sungai Bekasi dan mempertanyakan kebijakan larangan perpisahan sekolah.

Menurut Aura, perpisahan sekolah tetap penting untuk kenangan, asalkan dengan biaya minimal. Ia menyebut, di sekolahnya, SMAN 1 Cikarang Utama, biaya perpisahan hanya sekitar Rp 1 juta. Namun, Dedi Mulyadi berpendapat lain. Ia menilai, wisuda sekolah dasar hingga menengah memberatkan orang tua dan semestinya hanya dilakukan di tingkat perguruan tinggi.

"Rumahnya di bantaran kali, tapi sekolah mau gaya-gayaan ada wisuda. Rumah aja nggak punya," ujar Dedi dalam dialog tersebut.

Perdebatan ini memicu beragam reaksi publik. Sebagian mendukung keberanian Aura, sementara sebagian lainnya memperdebatkan kebijakan pengelolaan pendidikan dan ekonomi keluarga di kalangan masyarakat kurang mampu.

Editor : Agung Bakti Sarasa

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network