“Saya belajar dua hari, terus langsung praktik. Tapi waktu itu enggak langsung ngonten, masih percobaan dulu,” katanya.
Aspal Bekas Jadi Solusi Hemat
Dalam prosesnya, ia membeli bahan seperti cairan aspal bakar, lem, dan pasir beton dari uang pribadi. Kini, setelah terbiasa, ia beralih menggunakan aspal bekas yang banyak ditemukan di pinggir jalan.
“Sekarang modalnya tinggal buat beli gas, bensin, sama cairan perekat,” ujar Hasan.
Ia memanaskan kembali aspal bekas tersebut hingga mencair, lalu dituangkan ke dalam lubang yang telah dilapisi lem perekat. Proses menambal lubang memakan waktu 20 hingga 30 menit di lapangan, namun persiapan aspal bisa memakan waktu hingga tiga jam.
“Yang lama itu nyiapin aspalnya,” jelasnya.
Lokasi Tambalan Berdasarkan Pengalaman Narik
Hasan tahu lokasi jalan rusak dari pengalamannya mengantarkan penumpang. Ia sering memotret jalan berlubang yang ditemui saat melintas, terutama di rute Ciwidey menuju pusat Kota Bandung.
“Biasanya saya tandai waktu narik dari Ciwidey ke Kota Bandung,” katanya.
Tambalan yang ia lakukan tersebar di beberapa wilayah, seperti Katapang, Ciwidey, dan Soreang. Ia menyesuaikan waktu antara menarik penumpang dan melakukan aktivitas sosial ini.
“Misalnya saya narik sampai jam 10 pagi, habis itu ngaspal. Setelah beres, lanjut narik lagi sampai malam,” tuturnya.
Dalam sehari, Hasan mengaku mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp80 ribu, sebagian ia sisihkan untuk membeli kebutuhan menambal jalan.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait