Gaya Hidup Bujet Pas-pasan Jiwa Sosialita Menguak Rapuhnya Literasi Finansial

Susana
Ilustrasi fenomena BPJS, Rojali dan Rohana. (Foto: Ist)

Survei OJK–BPS 2025 menunjukkan bahwa lulusan SD atau yang tidak sekolah hanya memiliki tingkat literasi keuangan 43–55%.

Minimnya pemahaman ini membuat masyarakat rentan terjerat utang konsumtif, paylater, dan fintech lending, yang pertumbuhannya mencapai 17% per tahun. Alih-alih memperbaiki kesejahteraan, fenomena ini justru memperdalam jeratan finansial.

BPJS Sebagai Cerminan Patologi Sosial

Menurut teori sosiologi Emile Durkheim, kondisi ini disebut anomie, yakni ketika norma sosial melemah dan individu merasa terasing dari tujuan masyarakat. Robert K. Merton dalam teori strain juga menegaskan adanya ketegangan antara impian kelas menengah dengan keterbatasan akses ekonomi.

Fenomena BPJS, Rohana, dan Rojali adalah bentuk konsumsi simbolik. Kehadiran di mal atau kafe mewah hanyalah simbol status, meski tanpa transaksi nyata. Media sosial kemudian menjadi panggung utama untuk menampilkan citra tersebut.

“Cuma untuk story, biar teman tahu kita main ke sini,” ujar seorang ibu arisan, menggambarkan bagaimana pencitraan lebih penting daripada kepemilikan.

Editor : Rizal Fadillah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network