BANDUNG, iNewsBandungRaya.id – Sektor akuakultur atau budidaya perikanan di Jawa Barat memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama protein hewani, secara berkelanjutan.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, para pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga pelaku industri, berkumpul dalam sebuah forum inovasi.
Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Deny Mulyono menekankan bahwa fokus utama bukanlah semata-mata mengejar target produksi, melainkan memastikan masyarakat bisa mendapatkan sumber pangan yang aman dan berkelanjutan.
“Poinnya adalah bagaimana kita memastikan masyarakat bisa mendapatkan pangan, yaitu protein dari perikanan, yang berkelanjutan," ucap Deny saat ditemui disela-sela acara Aquaculture Innovation Forum & Expo 2025 di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (11/9/2025).
Deny menjelaskan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk mendukung para pembudidaya, terutama dari sisi pakan. Berbagai perbaikan dan teknologi terbaru akan diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan praktik yang lebih ramah lingkungan.
"Perikanan itu tentu butuh air bersih karena ikan lebih rentan ketika air bermasalah," ujar Deny.
Ia menambahkan bahwa upaya juga dilakukan untuk memastikan ikan aman dikonsumsi dan untuk meminimalkan dampak lingkungan dari limbah pakan.
Pertemuan yang digagas oleh USSEC Indonesia bersama GPMT, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini diberi nama Aquaculture Innovation Forum and Expo.
Deny menyebut bahwa potensi akuakultur di Jabar sangat besar. Waduk-waduk besar seperti Cirata, Saguling, dan Jatiluhur menjadi pusat budidaya di perairan umum, sementara banyak pula budidaya di tambak darat. Komoditas yang banyak dibudidayakan antara lain nila, lele, gurame, dan ikan mas.
Meskipun kebutuhan perikanan saat ini dinilai cukup, Deny menekankan perlunya pengembangan kualitas dan efisiensi agar produk akuakultur Indonesia, khususnya Jawa Barat, bisa bersaing di pasar ekspor.
“Nah, yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana budidaya di pelayanan umum yang lebih lama lingkungan dan sebagainya, itu yang akan terus dikembangkan ataupun juga ide-ide dengan mahasiswa. Saya nggak tahu teman-teman mahasiswa punya ide-ide yang bisa men-influence dan dari dalam negeri,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Perwakilan USSEC Indonesia, Pamudi menjelaskan bahwa acara ini dirancang untuk menjembatani sinergi antara pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi, atau yang sering disebut tiga helix.
"Tujuan kita adalah bagaimana bersinergi antara swasta, pemerintah, dan perguruan tinggi untuk bisa sama-sama menjawab tantangan industri dalam memproduksi pangan untuk masa depan," kata Pamudi.
Forum ini membahas tiga aspek utama. Pertama inovasi produksi pakan yakni engenalan teknologi mesin pakan terbaru dari seluruh dunia.
 
Kedua, kesehatan ikan dan udang yakni peningkatan imunitas melalui intervensi teknologi dan penggunaan bahan baku fungsional.
Ketiga budidaya perairan umum yang berkelanjutan yakni engembangkan teknologi untuk meminimalkan dampak lingkungan dan membuktikan bahwa budidaya bukanlah satu-satunya sumber pencemaran utama.
Pamudi menambahkan, forum ini diharapkan menjadi awal pembentukan konsorsium inovasi akuakultur. Konsorsium ini akan menjadi wadah untuk merumuskan prioritas riset yang terarah, memastikan keberlanjutan produksi pangan untuk generasi mendatang.
“Mudah-mudahan dengan adanya konsorsium aquaculture innovation itu nanti kita bisa sama-sama mendiskusikan bagaimana baiknya dan juga terus mendiskusikan prioritas-prioritas riset yang harus dilaksanakan supaya bisa menjawab tantangan produksi pangan di masa depan,” tandasnya.          
          
          
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait
