“Tolong cepat pulangkan anak saya dengan kondisi sehat. Tolong bantuannya. Tolong Bapak Presiden perhatikan anak saya,” harapnya.
Dedi mengaku telah mengadu ke sejumlah instansi mulai dari BP3MI Jawa Barat, Disnaker Kabupaten Bandung, hingga Gedung Sate. Namun hingga kini, ia mengaku belum mendapat kejelasan.
“Saya sudah ke berbagai tempat, tapi tidak ada jawaban. Ini urusan nyawa. Anak saya tiap hari disiksa,” tegasnya.
Sementara itu, nenek korban, Imas Siti Rohanah (52), membenarkan bahwa keluarganya awalnya percaya korban berangkat untuk mengikuti seleksi sepak bola.
“Katanya mau ikut seleksi akademi klub profesional di Medan. Dari Jakarta langsung ke Medan,” ujar Imas.
Siti menjelaskan Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang aktif bermain sepak bola dan sempat bergabung dengan sejumlah sekolah bola lokal.
“Dia itu dari kecil memang hobi bola. Pernah ikut SSB Hesebah, pernah juga di Diklat Persib jadi penjaga gawang. Jadi mungkin mudah sekali percaya dengan tawaran seleksi,” ujar
Namun sejak awal, keluarga merasa ada yang janggal. Imas menyebut cucunya tidak bisa menunjukkan nomor manajer atau pelatih yang menjemput.
“Kakeknya sempat tanya nomor pelatihnya, tapi dia bilang enggak punya. Katanya dibawa temannya, tapi nomor temannya juga enggak ada,” jelasnya.
Beberapa hari kemudian, pihak keluarga mendapat kabar mengejutkan bahwa korban sudah berada di Kamboja. Informasi itu diterima dari ibu korban yang bekerja di Hongkong.
“Kami kaget sekali. Tidak tahu bagaimana dia bisa dibawa sampai ke sana,” ungkapnya.
Menurut Imas, cucunya kerap mengirim pesan sambil mencuri waktu dan mengabari keluarga. Ia mengaku sering mendapat laporan bahwa korban disiksa.
“Disuruh push-up ratusan kali, disuruh angkat galon sampai lantai sepuluh. Padahal dia tidak terbiasa kerja begitu,” katanya.
Korban juga dipaksa melakukan penipuan online kepada warga negara lain dan diiming-imingi akan mendapatkan Iphone dalam beberapa hari kerja namun kenyataannya tidak.
“Kerjaannya menipu orang Cina lewat komputer. Padahal dia tidak bisa komputer. Mungkin karena sering salah, dia dihukum,” ucap Imas.
Karena tidak kunjung ada perkembangan dari instansi terkait, keluarga akhirnya memutuskan untuk memviralkan kasus ini.
“Kami nekat unggah video, karena kasihan sama cucu. Pemerintah setempat memang merespons, tapi dari pusat belum ada hasil. Dari KBRI juga belum ada kabar lanjutan,” katanya.
Imas berharap pemerintah segera turun tangan.
“Kami hanya ingin cucu kami cepat dipulangkan dalam keadaan sehat,” ujarnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait
