BANDUNG BARAT,iNews BandungRaya.id - Pemda Kabupaten Bandung Barat (KBB) menetapkan status Siaga Darurat Bencana Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Tanah Longsor.
Penetapan status kebencanaan itu berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Bandung Barat Nomor 100.3.3.2/Kep.359-BPBD/2025 yang ditandatangani Bupati Jeje Ritchie Ismail tanggal 1 Oktober 2025.
"Status Siaga Darurat Bencana Banjir, Banjir Bandang, Cuaca Ekstrem dan Tanah Longsor yang dikeluarkan bupati terhitung sejak 1 Oktober 2025 sampai 30 April 2026 dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan di lapangan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB Asep Sehabudin saat ditemui, Jumat (21/11/2025).
Asep mengatakan pertimbangan dikeluarkannya SK Siaga Darurat Bencana tersebut karena mengacu kepada prediksi curah hujan tinggi dari BMKG di wilayah KBB yang berpotensi menimbulkan bencana alam.
Semua wilayah KBB yang terdiri dari 16 kecamatan semuanya masuk ke zona rawan bencana. Mulai dari utara seperti Lembang, Cisarua, Parongpong hingga wilayah selatan seperti Cipongkor, Gununghalu, dan Rongga.
"Berdasarkan hasil kajian kami untuk di KBB bencana alam yang dominan terjadi adalah banjir bandang, longsor, dan pergerakan tanah," sebutnya.
Dikatakannya di wilayah selatan ada dua desa yakni Desa Sukamanah Kecamatan Rongga dan Desa Cintaasih, Kecamatan Cipongkor yang mengalami pergerakan tanah.
Bahkan untuk Desa Cintaasih, Kecamatan Cipongkor pergerakan tanah yang terjadi di tahun 2020 sekarang kembali terjadi. Akibatnya lebar pergerakan tanahnya ada yang mencapai setengah meter sehingga membahayakan dan harus direlokasi.
Namun proses relokasi pun tidak mudah. Asep mencontohkan untuk relokasi warga terdampak longsor di Desa Cibedug, Rongga, kepada sekitar 40 KK, pihaknya masih kesulitan mencari lahannya.
Sementara untuk relokasi warga terdampak bencana di Desa Cibenda, Cipongkor, Pemda KBB melalui Dinas Perkim akan membebaskan lahan yang secara kajian Geolpgi aman untuk jadi permukiman.
"Pembebasan lahan oleh kami tapi pembangunannya dari APBN, mereka harus direlokasi karena kontur tanah di sana tidak layak untuk dijadikan permukiman karena tebing," ucap Asep.
Disinggung soal mitigasi bencana yang sudah dilakukan, Asep menerangkan sudah melakukan antisipasi dan akan memaksimalkan relawan serta Desa Tangguh Bencana (Destana) karena personel BPBD sangat terbatas.
"Kami hanya punya personel 45 orang, idealnya 150 orang jadi minimal 1 orang mengawasi tiga desa. Selain itu dana BTT sebesar Rp30 miliar juga bisa digelontorkan jika sewaktu-waktu terjadi bencana luar biasa yang butuh penanganan segera," pungkasnya.
Lebih jauh, Asep mengimbau masyarakat KBB agar waspada ketika hujan deras turun dan berlindung ke tempat aman. Serta melapor ke petugas jika melihat ada potensi terjadi bencana agar terhindar dari bencana yang bisa menimbulkan korban jiwa. (*)
Editor : Rizki Maulana
Artikel Terkait
