"85 persen kanker paru-paru berhubungan dengan eksposur rokok. Namun kanker paru-paru bisa juga terjadi pada orang yang bukan perokok atau yang sudah berhenti merokok," ujarnya.
Selain terpapar asap rokok, lanjut dia, kanker paru-paru juga bisa dipicu oleh konsumsi makanan tidak sehat secara berlebihan, kurang berolahraga serta terlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet dan lainnya.
"Karena itu, pasien penderita kanker paru-paru saat ini banyak terjadi di kalangan usia muda," lanjutnya.
Kesenjangan penyakit kanker terjadi di negara berkembang, hal tersebut kata dia, terlihat saat negara maju mengalami penurunan, ternyata secara global kasus penyakit kanker justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Kesenjangan jumlah kasus kanker di negara maju dan negara berkembang, menurut dr Indra Wijaya adalah akibat dari pengobatan kanker komprehensif yang hanya tersedia di lebih dari 90% negara berpenghasilan tinggi.
"Tapi kurang 15% negara berpenghasilan rendah dapat menjalani pengobatan kanker secara komprehensif,"lanjutnya.
Begitu pula dengan kelangsungan hidup anak anak yang didiagnosis kanker. Ia memaparkan, saat ini lebih dari 80% terjadi di negara berpenghasilan tinggi, dan 20% di negara berpenghasilan rendah.
"Kesenjangan yang terjadi di dunia kini menjadi perhatian dalam peringatan World Cancer Day tahun ini. sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema "Close the Care GAP" yang dapat dilakukan dengan diagnosis dini, pengobatan yang lebih efektif sesuai target, dan manajemen pasien yang lebih baik," pungkasnya.
Ketua Panitia, Nelimay mengatakan harus diakui saat ini masih ada kesenjangan informasi tentang penyakit kanker. Akibatnya banyak pasien yang terlambat mendapatkan penanganan medis sejak dini.
"Bertepatan dengan peringatan hari kanker sedunia, kami mengadakan Media Event YKI Jabar guna mengatasi kesenjangan informasi tentang kanker," kata Nelimay. (*)
Editor : Abdul Basir