Oleh karena itu, pihaknya melakukan kembali analisis lingkungan yang tertuju pada potensi yang ada di Kabupaten Sukabumi, termasuk mata pencaharian orangtua. Sehingga, lulusan di SLBN Surade itu jika tidak terserap di dunia kerja, mereka bisa berwirausaha atau minimal bisa membantu pekerjaan orangtuanya.
"Akhirnya baru tersusun ternyata mata pencaharian siswa itu petani, berati saya putuskan kita ke pertanian. Saya tidak ngerti juga pertanian. saya belajar ke SMK Pertanian, jadi saya berkolaborasi, jadi alurnya saya analisis dulu apa yang harus disiapkan. Analisis SDM, sarana prasarana dan juga kurikulumnya," terangnya.
Mengingat SDM guru di bidang pertanian belum ada, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Pertanian untuk memberikan penyuluhan kepada semua guru. Begitupun dengan sarana prasarana sekolah yang belum ada, pihaknya juga memutar otak bagaimana lahan yang sudah ada bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendukung program tersebut. Akhirnya, setengah lapangan SLBN Surade dijadikan lahan perkebunan.
"SDM tidak ada saya kerjasama dengan Dinas Pertanian, yaitu untuk memberikan penyuluhan ke semua guru. itu bulan pertama di Surade, makannya cepet. Sarana sekolah Surade luas 6000 meter, lapangannya juga luas, akhirnya saya potong dijadikan lapang, sepotong jadi kebon. Ukurannya sekitar 20x 15 meter. Lahan ada dan guru sudah siap," jelasnya.
Selanjutnya, untuk kurikulum sendiri pihaknya belajar ke SMKN 1 Cibadak. Respon dan dukungan dari SMKN 1 Cibadak pun sangat baik, bahkan mempersilahkan siswa-siswi SLBN Surade untuk melakukan ujian kompetensi di SMKN 1 Cibadak.
Editor : Rizal Fadillah