SUKABUMI, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Orang tua korban pembacokan pelajar SMK di Kabupaten Sukabumi menolak kesepakatan diversi yang digelar Polres Sukabumi Kota. Alasan di baliknya bikin menyentuh.
Euis Nurjamil dan suaminya, orang tua korban pembacokan pelajar SMK di Sukabumi berusaha memenuhi undangan diversi dari kepolisian setempat. Kedatangannya ke Polres Sukabumi Kota ingin menunjukan pihaknya kooperatif dalam kasus yang mengorbankan anaknya.
Padahal sudah sepekan ini Euis dan suami berjibaku menemani anaknya MF menjalani perawatan di RSUD R Syamsudin SH. Anaknya ini mengalami luka cukup hebat di bagian dahi, bahkan salah satu matanya kemungkinan besar kehilangan penglihatan untuk selamanya akibat luka yang diderita cukup parah.
Euis menceritakan, anaknya sudah menjalani operasi yang ditangani oleh empat dokter sekaligus pada Senin (5/12/2022). Walaupun biaya operasi bakal menelan sekitar Rp50 juta hingga Rp100 juta, Euis tetap meminta dokter untuk melanjutkan operasi demi keselamatan sang anak.
Pasca dioperasi anaknya tak bisa langsung kembali ke keadaan seperti semula. Sekedar makan saja anaknya perlu dibantu untuk disuapi.
"Korban sempat drop, kadang demam tinggi. Anak saya kehilangan salah satu penglihatan," cerita Euis saat diversi di Mapolres Sukabumi Kota, Jumat (9/12/2022).
Menurut Euis, proses pemulihan anaknya diprediksi masih panjang. Kemungkinan rupiah yang harus dikeluarkan bisa saja melebihi angka Rp100 juta, mengingat hal itu belum termasuk obat dan pasca pemulihan.
Oleh karena itu, Euis ingin kasus ini menjadi contoh bagi orang tua dan pelajar di Sukabumi pada umumnya. Lebih jauh ada efek jera yang bukan saja diterima oleh pelaku, melainkan oleh pelajar yang ingin berbuat serupa untuk berpikir dua kali.
"Kalau pelaku tiba-tiba bebas, saya nggak bisa jamin keselamatan anak saya. Saya nggak mau ada pertumpahan darah lagi," ucap tenaga pendidik yang mengajar di salat satu SMK di Sukaraja, Kabupaten Sukabumi ini.
Apabila pelaku sudah mempertangungjawabkan segala perbuatannya, Euis berharap ini bisa menjadi pelajaran untuk rekan-rekannya dan seluruh pelajar di Sukabumi.
Sikap yang diambil ini, kata Euis, bukan merupakan balas dendam.
"Berharap Sukabumi tidak ada lagi seperti ini. Saya bukan hanya berbicara sebagai orang tua, tetapi sebagai guru juga," ucap Euis.
"Saya gak dendam," lanjutnya.
Seperti diketahui, proses diversi kasus penganiayaan dan pengeroyokan pelajar SMK di Sukabumi berakhir dengan keputusan tidak sepakat. Orang tua korban ingin proses hukum kasus tersebut terus berlanjut.
Diversi dilakukan karena salah satu pelaku masih di bawah umur 18 tahun. Sementara rekan atau pelaku lainnya sudah diproses lebih dulu karena dianggap dewasa.
Turut hadir dalam diversi, kedua orang tua korban MF (15 tahun), kedua orang tua pelaku IA (17 tahun), Pembimbing Kemasyarakatan Bapas Kelas 1 Bandung Isep Saiful Millah, perwakilan dari Dinas Sosial Kota Sukabumi, penasihat hukum yang ditunjuk Polres Sukabumi Kota dan pelaku IA.
Editor : Zhafran Pramoedya