get app
inews
Aa Text
Read Next : Pesan Ridwan Kamil pada Calon Pemimpin Jabar: Siap Menang, Siap Kalah

Peluang Ridwan Kamil Maju Pilpres 2024 Menipis, Pilgub DKI Jakarta Menjanjikan 

Senin, 19 Desember 2022 | 15:52 WIB
header img
Diskusi Peta Politik Wilayah Jawa Barat Menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 yang digelar Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC). Foto: Inews Bandung Raya

BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Nama Ridwan Kamil nampaknya mulai tergeser dalam percaturan calon presiden/calon wakil presiden (capres/cawapres).

Hal itu terungkap dalam diskusi Peta Politik Wilayah Jawa Barat Menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 yang digelar Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) di Anatomi Coffee & Space, Jalan Merdeka Nomor 64, Kota Bandung, Senin (19/12/2022).

Direktur Operasional & Data Strategis IPRC, Idil Akbar mengatakan, partai politik (parpol) kini tengah sibuk mencari capres yang akan diusung pada Pilpres 2024. Dalam perjalanannya, parpol akan melihat sejauh mana popularitas dan elektabilitas dari masing-masing tokoh.

"Dari berbagai hasil survei menunjukan bahwa Ridwan Kamil ternyata memang tidak cukup masuk atau tidak cukup besar dalam meraih suara dari masyarakat kecuali tiga nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo," ungkap Idil.

Menurut Idil, perhitungan tersebut akan menjadi pertimbangan krusial bagi parpol dalam mengusung Ridwan Kamil, termasuk jika parpol mengusungnya sebagai cawapres.

"Fakta menunjukan bahwa Ridwan Kamil belum bisa memadai suaranya jika dipasangkan dengan tokoh-tokoh lain," ujar Idil.

"Yang memadai adalah Ridwan Kamil menjadi Gubernur Jawa Barat," lanjutnya.


Direktur Operasional & Data Strategis IPRC, Idil Akbar. Foto: Inews Bandung Raya

 

Idil memprediksi, meskipun Ridwan Kamil sebelumnya kerap masuk dalam radar parpol, namun seiring berjalannya waktu dan semakin dekatnya Pilpres 2024, parpol akan mengeliminasi mantan Wali Kota Bandung itu dan menggantinya dengan tokoh-tokoh yang memiliki peluang lebih besar.

Bahkan, berdasarkan pengamatannya serta hasil survei IPRC dan lembaga lain, Ridwan Kamil sudah mulai tidak menjadi bagian yang diperhitungkan dalam survei karena dukungan yang diperolehnya sudah tidak lagi naik signifikan. 

"Sudah mulai stagnan, angka cawapres juga tidak terlalu signifikan," terangnya. 

Idil tak menampik, elektabilitas Ridwan Kamil memang masih cukup baik di Jabar. Akan tetapi, secara nasional, tingkat keterpilihan orang nomor satu di Provinsi Jabar itu sudah stagnan di 5 persen ke bawah.

"Ini yang menjadi kurang menarik bagi parpol untuk mencalonkan Ridwan Kamil di kancah politik nasional sebagai capres atau cawapres," tegasnya.

Lebih lanjut Idil mengatakan, masalah yang dihadapi Ridwan Kamil saat ini adalah belum jelasnya Ridwan Kamil bergabung ke parpol pilihannya. Di lain sisi, sejak jauh hari, Ridwan Kamil kerap menyampaikan akan segera bergabung ke salah satu parpol. 

"Sampai sejauh ini kita belum tahu itu dan beliau masih belum memutuskan masuk ke partai politik atau tidak," ucapnya.

Meski begitu, ada dua kemungkinan jika Ridwan Kamil bergabung dengan parpol. Pertama, peluangnya menjadi capres atau cawapres akan semakin kecil. Kedua, kepentingannya masuk parpol hanya sebatas untuk mengamankan level gubernur, bukan kepentingan nasional.

Terlebih, masing-masing parpol besar kini sudah memiliki tokoh atau jagoan sendiri yang akan diusung di Pilpres 2024 mendatang seperti Partai Gerindra yang sudah pasti mengusung Prabowo Subianto.

"Kemudian, Golkar jelas kepada Airlangga Hartarto sebagai ketua umum. Apalagi PDIP, RK (Ridwan Kamil) sulit tembus ke partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu. Sulit melihat peluangnya RK untuk dicalonkan PDIP," tegasnya lagi. 

Kondisi serupa terjadi di Partai NasDem yang sudah mulai nyaman dengan Anies Baswedan. Bahkan, Partai NasDem dan koalisinya tinggal menentukan cawapres Anies Baswedan bersama PKS dan Demokrat.

"Peluang untuk RK bisa masuk atau membuat keputusan ke parpol itu akan memberikan penentuan yang cukup berpengaruh besar terhadap bagaimana RK ke depan," tandasnya.

Di tempat yang sama, pengamat politik Untirta, Leo Agustino mengatakan, ada simulasi tiga nama untuk Pilpres 2024. Ketiga nama tersebut yakni Prabowo Subianto-Erick Thohir, Anies Baswedan-Ahmad Heryawan dan Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil.

"Sebetulnya, gabungan Ganjar-Ridwan Kamil kini turun sekitar 4-5 persen dari angka basis mereka. Artinya, tidak cukup menarik perhatian publik untuk pasangan ini," ungkap Leo.

Leo mengakui, Ridwan Kamil memang kerap diperhitungkan oleh berbagai lembaga survei. Namun, kata Leo, perhitungan itu tidak pernah disimulasikan dalam kontek capres/cawapres.

Di level nasional, imbuhnya, pollster-pollster lebih tertarik mensimulasikan sosok-sosok yang relatif memiliki parpol dan punya kapital. Di lain sisi, Ridwan Kamil tidak memiliki keduanya.

"Sehingga suaranya tidak pernah diperhitungkan oleh pollster-pollster besar di Indonesia," ucapnya.

Disinggung kabar akan bergabungnya Ridwan Kamil ke Partai Golkar, Leo yakin bahwa partai berlambang pohon beringin ini akan tetap mengusung Ketua Umumnya, Airlangga Hartarto mengingat Golkar sudah sejak lama mendorong Airlangga menjadi capres.

"Terkait kemungkinan diusung partai medioker, partai medioker itu ternyata juga kini sudah mengusung nama lain. Ini menjadi himpitan bagi Ridwan Kamil kalau beliau ingin di level nasional," bebernya.

"Lebih baik gak usah main di level nasional, lebih baik main di level provinsi saja," saran Leo.

Sementara itu, pengamat politik Unpad, Muradi mengatakan, Ridwan Kamil memiliki tiga opsi menjalang Pemilu 2024. Opsi pertama, kata Muradi, maju sebagai capres meski peluangnya sangat tipis. Opsi kedua, maju sebagai cawapres dengan catatan Ridwan Kamil harus memiliki kendaraan politik dan logistik 

"Dua itu dulu aja yang dia harus siapkan. Kalau dia gak ada, risikonya dia baru bisa masuk di jalur yang lain," kata Muradi.

Jalur lain yang dimaksud Muradi adalah opsi ketiga dan opsi ini terbagi lagi menjadi dua. Opsi ketiga A adalah Ridwan Kamil kembali maju menjadi calon gubernur di Jabar dan opsi ketiga B, maju di Pilgub DKI Jakarta.

"Kalau saran saya, karakter beliau cenderung ke Jakarta karena Jakarta punya UU (aturan), beliau bisa langsung ke bawah, bisa ngurusin gorong-gorong, marahin RT/RW, kalau di sini gak bisa, ada UU Otda yang memang memaksa dia gak bisa terlalu bisa jauh ke bawah," jelas Muradi.


Pengamat politik Unpad, Muradi. Foto: Inews Bandung Raya
 
Menurut Muradi, peluang Ridwan Kamil maju di Pilgub DKI Jakarta terbuka lebar. Terlebih, hingga kini, belum ada calon lain yang memiliki kans besar di ibu kota negara itu.

Muradi menyebut sosok Pj DKI Jakarta, Heru Budi Hartono. Menurut Muradi, meskipun warga Jakarta nyaman dipimpin oleh Heru, namun karakter birokrat Heru tidak sesuai kebutuhan karena Jakarta butuh sosok yang memiliki kreativitas.

"Jakarta itu seperti big fish bagi RK, dia mau olah apapun tempatnya Jakarta. Jadi dia panggungnya lebih besar, kotanya mungkin jadi lebih kecil, tapi karakter RK itu jauh lebih punya ruang di Jakarta," ucapnya.

Dengan peluang yang dimilikinya itu, Muradi menyarankan agar Ridwan Kamil terus berkomunikasi dengan parpol. Lebih jauh lagi, Ridwan Kamil segera bergabung dengan parpol dengan tujuan tidak sebatas menjadikannya sebagai kendaraan politik.

"Harus benar-benar membangun partai karena sekarang partai, misalkan Golkar butuh ruang baru untuk dia influen, bisa touching, jauh lebih modern dan bisa diterima oleh generasi muda," kata Muradi.

Editor : Zhafran Pramoedya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut