BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Tepat pada hari ini, tragedi longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi terjadi pada 21 Februari 2005 silam.
Longsor gunungan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter itu telah menewaskan sebanyak 157 orang.
Mayoritas korban tewas pada kejadian itu dalam kondisi sedang tertidur. Mengingat, peristiwa tersebut terjadi pukul 02.00 WIB dini hari.
Dalam rangka memperingati tragedi memilukan itu, masyararakat bersama para Tokoh Kampung Adat Cireundeu menggelar doa bersama dan ritual tabur bunga.
Dengan mengenakan pakaian pangsi hitam, para tokoh Kampung Adat Cireundeu duduk di atas tebing setinggi 60 meter yang di bawahnya merupakan eks TPA Leuwigajah. Turut serta sejumlah pelajar, mahasiswa, dan warga yang juga ikut berdoa.
"Melalui tabur bunga ini, kami mendoakan para korban di eks TPA Leuwigajah. Semoga ke depan tidak ada lagi kejadian yang sama dan menimbulkan korban jiwa," kata Tokoh Kampung Adat Cireundeu, Abah Widi kepada wartawan usai ritual, Selasa (21/2/2023).
Menurutnya, peristiwa kelam di TPA Leuwigajah itu tidak lepas dari kesalahan manusia dalam mengelola sampah. Ada konsep yang tidak dilakukan dengan benar oleh pengelola TPA saat itu sehingga terakumulasi dan berakibat fatal.
Sebelum kejadian itu, ada perjanjian lisan antara pemerintah dengan warga bahwa pengelolaan sampah di TPA Leuwigajah itu seperti 'kucing berak'.
Filosofinya adalah ketika sudah membuang kotoran (sampah) lalu dilakukan penimbunan dengan pasir atau tanah. Namun sampah hanya dibuang dan dibiarkan, sehingga menyebabkan longsor gunungan sampah.
"Sekarang ini tidak perlu mencari siapa yang salah karena peristiwa mengerikan itu sudah terjadi. Tinggal bagaimana ke depan jangan terjadi lagi di daerah lain," terangnya.
Setelah 18 tahun berlalu, kata Abah Widi, eks TPA Leuwigajah sudah menjadi lahan hijau yang bermanfaat bagi warga sekitar karena dijadikan lahan pertanian seperti ditanam singkong dan yang lainnya.
Masyarakat adat Cireundeu akan mendukung langkah pemerintah dalam mengelola lahan eks TPA Leuwigajah, asalkan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Warga di Cireundeu ini punya filosofi cerita 'manut ke ratu raja rarangeuyan'. Kami akan manut (mengikuti kebijakan) pemerintah asalkan konsepnya menguntungkan bagi masyarakat," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah